Tiap petang,
Amir Keling, anak Suib Keriting, berteriak di depan pintu rumah Atah Roy. Anak
lelaki berusia 9 tahun itu, beteleging badan alias tak pakai baju, namun
menggunakan topeng di wajahnya. Topeng yang terbuat dari kertas karton itu,
selalu berubah-ubah setiap petang pula. Atah Roy bertanya dalam hati, kenapa
Amir Keling selalu muncul di depan pintu rumahnya pada petang hari.
“Pahlawan
bertopeng!” teriak Amir Keling mengenakan topeng, sambil berdiri tegap dan
bercekak pinggang di depan pintu rumah Atah Roy.
“Ape yang bisa
saye bantu, Tah?” tanye Amir Keling pasti.
“Dikau ni ngape
ngentam, Mir?” Atah Roy terkejut juge dengan kemunculan Amir Keling yang selalu
mendadak.
“Saye bukan
Amir. Saye adalah Pahlawan Bertopeng,” jawab Amir Keling yang mengakui dirinya
Pahlawan Bertopeng.
“Baiklah
Pahlawan Bertopeng. Pahlawan Bertopeng hendak ape?” Atah Roy lemah lembut.
“Pahlawan
Bertopeng tidak mau ape-ape. Pahlawan Bertopeng hanye mau membantu orang. Ape
yang dapat saye bantu untuk Atah?”
Atah Roy menarik
nafas panjang melihat kelaku Amir Keling anak Suib Keriting ini. Nak marah, tak
mungkin, anak ini masih kecil. Nak disuruh melakukan sesuatu, tak ada pula yang
mesti dilakukan. Atah Roy pun menggelingkan kepala.
“Atah Roy jangan
khawatir, Pahlawan Bertopeng tidak akan minta ape-ape dari Atah Roy. Pahlawan
Bertopeng membantu dengan ikhlas tanpe mengharapkan imbalan ape pun juge,” kata
Amir Keling.
“Petang ini, rasenye
aku belum butuh bantuan Pahlawan Bertopeng. Nanti kalau ade, aku panggil engkau
kembali wahai Pahlawan Bertopeng,” ujar Atah Roy.
“Kalau macam
itu, Pahlawan Bertopeng mau undur diri dulu,” kata Amir Keling sambil berlari
meninggalkan Atah Roy di pintu rumahnya.
Melihat Pahlawan
Bertopeng alias Amir Keling berlari seperti mengendarai seekor kuda, Atah Roy
kembali menggelengkan kepalanya.
“Apelah jadinye
anak si Suid tu agaknye,” kesal Atah Roy sambil menarik nafas panjang kemabli.
Setelah tubuh
Amir Keling alias Pahlawan Bertopeng menghilang di dalam semak, Atah Roy pun
masuk ke dalam rumah. Baru saja 4 langkah Atah Roy menuju ke dalam kamar,
tiba-tiba ada suara anak kecil memanggil dirinya.
“Atah Roy,
mintak duit,” suara anak kecil itu melengking.
Atah Roy tahu
persis, bahwa suara itu, suaranya anak Suid Keriting, Amir Keling alias
Pahlawan Bertopeng. Atah Roy pun membalikkan tubuhnya, dan melihat Amir Keling
berdiri di depan pintu rumahnya. Kali ini, Amir Keling tidak menggunakan topeng
dan telah pula mengenakan baju menutup tubuhnya. Atah Roy mendekati Amir
Keling.
“Ape yang engkau
hendak ni, Pahlawan Bertopeng?” tanya Atah Roy.
“Pahlawan
Bertopeng? Siape Pahlawan Bertopeng, Tah?” Amir Keling pula balik bertanya
kepada Atah Roy dengan muka serius.
“Tadi engkau
bercakap, engkau Pahlawan Bertopeng,” jelas Atah Roy agak geram.
“Atah, Atah,...
Pahlawan Bertopeng, tentu pakai topeng. Amirkan tidak pakai topeng, tentu Amir
bukan Pahlawan Bertopeng,” jelas Amir Keling seperti orang dewasa.
Mendengar
penjelasan Amir Keling, Atah Roy terdiam sejenak. Atah Roy pun berpikir, apa
yang harus dilakukannya untuk menghadapi Amir Keling ini. Atah Roy dapat akal,
dan dia menyuruh Amir Keling duduk di sampingnya.
“Jadi yang
Pahlawan Bertopeng itu, bukan engkau, Mir,” kata Atah Roy sambil merangkul
pundak Amir Keling. Amir Keling pun menyeringai.
“Atah bisa
menyimpan rahasie, kan?” Amir Keling mengajukan pertanyaan kepada Atah Roy.
“Tentu,” jawab
Atah Roy singkat sambil menganggukkan kepalanya.
“Gini, Tah. Amir
nak membantu orang di kampung ni, tapi Amir tak mau orang mengenal siape yang
menolongnye. Sebab itulah Amir pakai topeng, biar orang tidak tahu siape
Pahlawan Bertopeng itu. Amir kan selalu nonton tv, Tah, banyak orang menolong
orang lain tapi orang-orang tu membanggakan diri dengan bantuan die. Mereke
membantu tak pakai topeng, tapi mereke tu, Tah, punye banyak topeng. Mereke
membantu orang lain untuk mendapat untung. Muke mereke tak pakai topeng, tapi
hati mereka banyak pakai topeng, Tah,” jelas Amir Keling panjang lebar.
Mendengar ucapan
Amir Keling yagg baru berusia 9 tahun ini, Atah Roy terganga. Atah Roy tidak
menyangka, anak seusia Amir ini sudah pandai memilah; mane bantuan yang ikhlas,
mana bantuan penuh makna. Lama Atah Roy menatap Amir Keling.
“Itu sebabnye,
Tah, Amir nak jadi Pahlawan Bertopeng, bukan Bertopeng Pahlawan,” tambah Amir
Keling.
“Darimane engkau
tahu cerite ini, Mir?” Atah Roy masih mengangakan mulutnya, tanda kagum.
“Amir nonton di
tv-tv, Tah. Amir mau negara yang kite cintai ini, Tah, orang membantu tanpe
mengharapkan balasan dari orang yang dibantunye. Biolah Allah saje yang
membalas bantuan kite itu. Atah setuju kan dengan apa yang Amir katekan ini?”
“Setuju, Mir.
Atah paling setuju,” kata Atah Roy sambil memeluk Amir Keling anak Suid
Keriting.
“Kalau Atah
setuju, beri Amir duit 2 ribu, Amir nak beli kue,” ujar Amir Keling sambil
mengulurkan tangannya meminta duit kepada Atah Roy.
“Kate Amir...”
Belum selesai
Atah Roy berbicara, Amir Keling memotong pembicaraan Atah Roy.
“Kalau Amir
pakai topeng, Amir tak perlu balasan, tapi karene Amir tak pakai topeng, Amir
perlu duit 2 ibu,” kata Amir Keling sambil tersenyum.
Atah Roy pun
dengan senyum mengeluarkan uang Rp 2.000 dan langsung membagikannya kepada Amir
Keling. Amir Keling berdiri dan tersenyum senang.
“Terime kasih,
Atah Roy,” kata Amir Keling sambil berlari meninggalkan Atah Roy seorang diri.
“Budak kecik
saje tahu, mane Pahlawan Bertopeng, mane Bertopeng Pahlawan,” ujar Atah Roy
dalam hati.