Sebenarnya Atah Roy tidak ingin
membongkar kisah masa lalunya, sehingga ia membujang sampai saat ini. Peristiwa
itu sangat memilukan, bahkan perihnya sampai sekarang masih terasa. Disebabkan
peristiwa itu juga, beribu bahkan berjuta kesunyian telah melanda kehidupan
Atah Roy. Makan tak sedap, tidur tak nyenyak, pokoknya setelah peristiwa itu
Atah Roy seperti rumah tak berpenghuni, rumah kosong. Atah Roy tak ingin
mengenang peristiwa itu sedetik pun, namun pada hari ini, orang-orang telah
membongkar ‘kubur’ peristiwa masa lalu itu. Luka lama yang belum sembuh benar,
kini berdarah kembali. Lady Gaga, sebuah nama yang telah lama menghilang kini
muncul kembali di benak Atah Roy.
Mungkin pembaca menganggap Atah Roy
bermimpi di siang hari; menampung embun di tengah hari, tapi inilah kenyataan,
bahwa sebelum Lady Gaga menjadi seorang super ‘bintang’, Lady Gaga pernah
menjalin hubungan asmara dengan Atah Roy. Oh, tak mungkin! Apa yang tak mungkin
di atas dunia ini? Selagi ayam jantan masih berkokok, ayam betina masih
betelur, maka segalanya masih bisa terjadi.
Itulah sebabnya, ketika Lady Gaga
menjadi perbincangan di negeri ini, Atah Roy seperti disembar petir tunggal, berdesuk
melantas ke lubuk hati Atah Roy. Bukan Atah Roy mau menumpang populer
permasalahan Lady Gaga di negeri ini; mencari kesempatan membesarkan nama. Tapi
mendengar nama Lady Gaga disebut-sebut, peristiwa masa lalu bersama Lady Gaga
terbentang bak sawah yang padinya akan dituai, bak lautan lepas menyediakan
gelombang. Atah Roy tak mampu berdiam diri, semakin berdiam, semakin kenangan
itu menusuk-tusuk waktu Atah Roy.
Lady Gaga, waktu itu, masih muda belia.
Atah Roy juga. Perkenalan Atah Roy dengan Lady Gaga terasa aneh, tapi nyata.
Mereka bertemu dalam mimpi. Seperti kebanyakan remaja yang sedang dimabuk
asmara, mereka berdua saling bertukar nomor handphone.
Dari sinilah jalinan asmara mereka semakin erat. Kekuatan cinta memang tak
terbilang dahsyatnya. Jarak antara Amerika dan Riau, bukan halangan bagi mereka
untuk berbalas ‘pantun cinta’. Seminggu sekali, Atah Roy berkunjung ke negeri Paman
Sam tersebut. Begitu juga Lady Gaga, seminggu sekali berkunjung ke tanah
Lancang Kuning ini. Semua berjalan tanpa ada rintangan. Tidak ada pencekalan,
tidak ada perdebatan menyakitkan hati, tidak juge ada pergunjingan yang
memerahkan telinga. Berjalan lancar saja, seperti kebanyakan remaja sedang
pacaran.
Menurut Atah Roy, Lady Gaga itu memang
suka sensasi. Hal ini dilakukan untuk mencari perhatian orang lain. Dengan
merebut perhatian orang lain, dia dengan mudah ‘menyeret’ opini orang terhadap
dirinya. Semakin banyak orang yang membicarakannya makin terkenallah dirinya.
Dan itu dilakukannya semenjak dari kecil.
Sepengetahuan Atah Roy, waktu kecil Lady
Gaga yang bernama asli Stefani Joanne Angelina, sudah memiliki keinginan berbeda dengan orang
lain. Di sekolah dasar, ketika disuruh main piano, Lady Gaga memainkan piano
ambil berdiri di atas kursi. Pada usia remaja, Lady Gaga tetap eksentrik agar berbeda dengan orang lain. Apalagi setelah berkecimpung dunia
hiburan, ‘keanehannya’ semakin menjadi-jadi, sehingga dia tetap eksis. Dunia
hiburan memang kadang kala menciptakan orang menjadi yang lain.
Disebabkan ‘keanehan’ Lady Gaga inilah Atah Roy dengan terpaksa memutuskan
Lady Gaga. Bukan Atah Roy tidak modern, tapi agama yang dipercayai Atah Roy
tidak sesuai dengan gaya Lady Gaga. Atah Roy sudah berulang kali pula menyuruh
Lady Gaga mengubah penampilannya, namun Lady Gaga tetap pada pendiriannya.
Perbedaaan bagi Lady Gaga merupakan eksistensi manusia, jadi tak mungkin
diseragmkan semuanya.
Pro dan kontra kedatangan Lady Gaga di negeri ini, sesuatu yang wajar.
Pada satu sisi, menurut Atah Roy, gaya Lady Gaga tidak sesuai dengan ajaran
agama atau pun adat mayoritas masyarakat Indonesia, makanya kedatangan Lady
Gaga ditolak. Namun demikian, Atah Roy berpendapat seharusnya sebelum kita
menolak seseorang disebabkan gaya tidak sesuai dengan agama di sini, misalnya
pakaian tidak senonoh,kita harus intropeksi diri. Banyak yang dinobatkan
sebagai artis di negeri ini, menggunakan pakaian dan bertingkah laku yang dapat
mengikis nilai moralitas dan nilai keagamaan generasi muda.
“Tak usahlah aku sebutkan satu persatu name-name artis atau kelompok yang
pakaiannye dan juge tingkah lakunya tidak sesuai dengan agame di negeri ini,
kite semue sudah tahu,” Atah Roy agak sedikit emosi ketike berjumpe dengan
Leman Lengkung.
“Ngape Atah macam orang ngigau aje ni?” Leman Lengkung penasaran.
“Dikau tak bace koran, mane tahu. Seluruh pelosok negeri ini dah heboh
dah,” ujar Atah Roy dengan nada tinggi.
“Masalah ape, Tah? Lady Gaga?” Leman Lengkung mulai menangkap kegelisahan Atah
Roy.
“Auk. Waktu Lady Gaga belum terkenal, dan masih pacaran dengan aku, tak
seheboh ini, padahal berulang-ulang budak Lady tu jumpe dengan aku, tak jadi
masalah pulak. Dah terkenal macam ini, semue nak bercakap,” tambah Atah Roy
semakin geram.
“Yelah Tah, dulu Lady Gaga tidak jadi pusat perhatian, sekarang ni die
artis papan atas dunia, tentu jadi sorotan,” jelas Leman Lengkung.
“Tahu aku tu, tapi tak usahlah dibeso-besokan sangat, lebih banyak masalah
di negeri ini yang perlu diselesaikan, bukan masalah Lady Gaga satu aje. Masalah
Lady Gaga kecil tu. Sebelum heboh macam ini, Lady Gaga cume budak mude di kota
aje yang tahu, tapi sekarang ni, orang tue, mude di kampung juge dah membahas
Lady Gaga tu. Makin terkenal, dan makin mewahlah sponsor dan Lady Gaga tu.
Saling memanfaatkan nampaknye,” jelas Atah Roy panjang lebar.
“Atah Roy ni, pro atau kontra Lady Gaga ni?” Leman Lengkung mengungkit.
“Tak pro, tak kontra. Kejahatan harus dilawan apepun bentuknye, kebenaran
harus ditegakan bukan untuk populeritas,” jawab Atah Roy.
“Tapi ape betul, Atah pernah menjalin hubungan asmara dengan mak cik Lady
Gaga tu?”
“Hahahaha… aku bengak aje, kenal pun tidak dengan Lady Gaga tu. Manelah
tahu, aku bisa juge terkenal macam Lady Gaga, memanfaatkan suasana yang sedang
membara ini,” ujar Atah Roy sambil tersenyum menang.