Setiap peristiwa
adalah pelajaran bagi manusia. Seburuk apapun peristiwa, ianya tetaplah
bentangan kesadaran yang dapat menuntun manusia melakukan hal yang lebih baik
lagi. Peristiwa yang diciptakan oleh manusia, baik sadar maupun terjadi secara
alamiah, akan menjadi pengalaman. Pengalaman mengajar manusia menjadi lebih
dewasa. Atah Roy teringat lirik lagu yang dinyanyikan penyanyi Malaysia, Ramli
Syarif, “Sejarah mengajar kita menjadi lebih dewasa.” Maka tidak salahlah
apabila orang-orang terdahulu mengatakan “orang buta saja, tidak mau tersandung
di tempat yang sama.” Begitulah berharganya peristiwa yang terwujud menjadi
pengalaman.
Atah Roy tidak
mengerti, mengapa ada juga orang yang terperangkap dalam peristiwa yang sama,
tidak mampu keluar menjadi pemenang pada turnamen kehidupan. Hal inilah yang
menyebabkan Atah Roy tidak habis pikir, ditambah lagi melihat keadaan atau
peristiwa di negeri ini yang semakin jauh dari cita-cita bersama. Cita-cita
ingin mewujudkan kesejahteraan orang banyak hanya pemanis di bibir saja. Orang-orang
sibuk dengan dirinya sendiri dan pada akhirnya terpasung oleh diri sendiri. Sebenarnya,
menurut Atah Roy, apabila orang mau berjalan pada garis kepentingan bersama,
maka akan selamat dan keluar menjadi pemenang. Bukankah diciptakan manusia di
bumi ini agar mereka saling bantu membantu sesamanya?
Entahlah, Atah
Roy seperti kehilangan ketajaman daya pikirnya berhadapan dengan masalah ini. Ditambah
lagi sms yang dikirimkan oleh Tamam Keluang, kawan lama Atah Roy, yang sukses
menjadi tokoh panutan di kota. “Royab, aku betul-betul makan sumpah.” Tulis
Tamam Keluang yang dikirim ke Atah Roy lewat sms.
Atah Roy bingung
dan membalas sms itu dengan pertanyaan. “Mengapa dikau cakap macam itu, Mam?”
Lama Atah Roy
menunggu balasan Tamam Keluang. Tiba-tiba saja, Atah Roy terkenang Tamam
Keluang sebelum merantau ke kota. Dua puluh lima tahun lalu, Tamam Keluang
tidak pernah menolak apapun kerja yang disodorkan kepadanya. Apalagi kalau
pekerjaan menjadi penjaga rumah atau kebun pada malam hari. Karena Tamam sering
bekerja pada malam hari, maka Tamam pun digelar keluang, maka itulah sejarah singkat
orang memanggil Tamam dengan kata tambahan Keluang di belakang namanya.
Berbekal
pengalaman hidup susah di kampung, Tamam Keluang berazam mengubah nasibnya
dengan merantau ke kota. Ditambah lagi ada kesempatan melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi dengan biaya kuliah ditanggung oleh salah seorang tokoh
masyarakat kampung ini yang terlebih dahulu sukses di kota. Tamam Keluang tidak
menyia-nyiakan kesempatan ini, dia pun langsung ke kota. Atah Roy ingat betul,
bagaimana Tamam Keluang meminjam duit kepadanya ketika mau berangkat ke kota. Itu sudah lama
berlalu, Atah Roy sudah lupa, tapi sms Tamam Keluang membangkit kenangannya
itu.
“Royab, aku
seperti kacang lupe dengan kulitnye. Aku orang yang melupekan sejarah. Aku
terlalu memikirkan kepentingan aku sendiri, sehingge aku tersesat dalam
keinginan aku sendiri. Aku pun melupekan orang-orang yang telah berjase
mengantarkan aku menjadi orang sukses di kota ini. Sampai-sampai aku pun tidak
pernah menghubungi dikau lagi. Entahlah, entah ade gune atau tidak penyesalan
aku ini, tapi paling tidak aku menyadari kesalahan aku, walaupun datangnya
terlambat,” panjang lebar sms Tamam Keluang dibaca Atah Roy. Atah Roy belum
dapat menangkap apa maksud sms Tamam Keluang ini.
“Ade masalah
apa, Mam?” balas Atah Roy singkat.
Masuk kembali
sms Tamam Keluang. “Royab, aku ni memang makan sumpah. Aku bukan saje
mengingkari orang banyak, aku juge telah melanggar janji aku sendiri. Aku
mengingkari diri sendiri dan sumpah jabatan yang aku ikrarkan di depan kitab
suci, aku langgar. Aku betul-betul makan sumpah. Aku yakin, masalah berat yang
sedang aku hadapai sekarang ini, merupakan buah dari sumpah yang aku ucapkan. Dulu
aku paling takut untuk bersumpah, apelagi di depan kitab suci. Sumpah bagi aku
dulu merupakan perjanjian suci dan aku tak mungkin mengabaikannye. Namun berjalan
dengan waktu, aku menganggap sumpah itu hanye permainan. Sumpah hanye
akal-akalan agar aku dianggap orang benar-benar bersih dan suci. Perjalanan
waktu juge menyebabkan aku tidak peka lagi dengan kesusahan orang banyak. Aku
hanye memikirkan diri sendiri, sehingge aku menganggap diri sendirilah yang
perlu dikasihi. Untuk mengasihi diri sendiri, aku melakukan apapun untuk
mewujudkan keinginan aku. Aku bunuh hati nurani. Aku langgar sumpah. Aku pun
tidak pernah menepati janji yang aku buat sendiri. Menganggap kepentingan
pribadi di atas segala-galanya inilah yang mencampakan aku ke lembah hina ini,”
kembali sms panjang Tamam Keluang masuk ke hp Atah Roy.
Atah Roy belum
tahu apa sebenarbnya yang sedang dihadapi Tamam Keluang. Samar-samar Atah Roy
mulai paham, tapi belum mengetahui benar. “Masalah ape yang sedang dikau
hadapi, Mam?”
Tamam Keluang
tak membalas sms Atah Roy. Atah Roy bertambah bingung. Walaupun Tamam Keluang
sudah lama tidak menghubungi dirinya, Atah Roy tidak kesah betul. Bagi Atah Roy
orang yang sedang dalam keadaan susah perlu dibantu, walaupun orang tersebut
pernah melukakannya. Atah Roy sadar, bahwa manusia tidak terlepas dari
kesilapan dan kesalahan. Paling penting sekarang ini, Tamam Keluang menyadari
kelupaannya, dan kewajiban Atah roy mencari jalan keluar untuk Tamam Keluang.
Sms balasan
Tamam Keluang tidak juga masuk ke hp Atah Roy. Atah Roy pun membaca ulang sms
dari Tamam Keluang. Setelah membaca ulang sms Tamam Keluang, Atah Roy membuat
kesimpulan bahwa Tamam Keluang dapat masalah dengan kedudukannya.
Tiba-tiba Leman
Lengkung masuk sambil membawa koran. Dengan semangat Leman Lengkung membuka
halaman koran itu.
“Bace ini, Tah,
Pak Cik Tamam jadi tersangka kasus korupsi,” Leman Lengkung menyodorkan koran
itu ke Atah Roy. Atah Roy membaca dengan seksama. Air mata Atah Roy tiba-tiba
keluar.
Leman Lengkung
meperhatikan Atah Roy. “Ngape Atah menangis?”
“Rupenya Tamam
betul-betul dalam keadaan susah,” kate Atah Roy sambil terisak.
“Bio tahu ngase
die, Tah. Jadi orang beso di kota, tak ingat dengan kampung lagi. Inilah
buktinye orang makan sumpah itu!” Leman Lenhgkung agak emosi.
Melihat Leman
Lengkung emosi, Atah Roy naik geram. Atah Roy tak mau anak saudaranya hanya
pandai marah kepada orang yang melakukan kesalahan. Bagi Atah Roy, bersikap
tidak menyalahkan orang, dan dapat menenangkan orang dalam keadaan susah lebih
bernilai.
“Man, kite
manusie tidak akan pernah lepas dari kesilapan. Jangan kau marah membabi bute
pulak, yang paling penting kite harus bersikap arif dan dapat mengurangi beban
orang tersebut,” ujar Atah Roy lembut.
“Orang yang
makan sumpah tak perlu dikasihani, Tah!” jawab Leman Lengkung dengan suara
keras dan kemudian pergi meninggalkan Atah roy sendiri.
Atah Roy tidak
dapat berbuat apa-apa, karena Atah Roy juga sependapat dengan Leman Lengkung. “Makan
sumpah, aduh makan, makan sumpah,” ucap Atah Roy pelan.