Desa alias
kampung, kata Iwan Fals dalam lagunya, merupakan kekuatan untuk membangun negeri
ini. Melupakan kampung sama saja kita membuang kekuatan negeri ini. Negeri ini
dilahirkan oleh pemikiran orang kampung. Lihatlah orang kampung mencintai tanah
kelahiran mereka; mereka tidak pernah segan menyerahkan harta benda mereka.
Atah Roy terkenang bagaimana Sulaiman Sangap, Pak Cik Atah Roy, menyerahkan
tanah milik untuk pembangunan kantor kepala kampung. Cik Azimah, tanpa beban
sedikitpun, mewakafkan tanahnya untuk pemakaman umum kampung. Semua dilakukan
orang kampung dengan ikhlas.
Begitu juga Iwan
Buncit, senantiasa membantu orang-orang kampung yang dalam kesusahan. Belum
lagi orang-orang kampung saling bergotong royong membatu pesta pernikahan suatu
keluarga. Semua mereka lakukan dengan keikhlasan, tiada saksuasangka sedikit
pun.
Kegeraman Atah
Roy kepada orang kota, selalu menganggap orang kampung tidak berguna,
membebankan pembangunan. Dan yang paling membuat Atah Roy bertambah geram,
orang kota selalu mengatakan ‘kampungan’ apabila ada orang kota melakukan
kesalahan. Kata ‘kampungan’ berkonotasi jelek, tidak berguna, tertinggal,
padahal dari kampunglah cita-cita negeri ini di bangun.
Kegeraman Atah
Roy sudah tidak dibendung ladi, dengan kekuatan yang ia punya, Atah Roy
berkeinginan mengadakan pertemuan orang kampung se dunia. Pertemuan orang
kampung se dunia ini, menurut pikiran Atah Roy, akan mengeluarkan pernyataan tidak
percaya kepada orang kota. Orang kampung se dunia akan membaikot segala
kebutuhan orang kota; tidak ada hasil pertanian, tidak ada ikan segar, pokoknya
apa yang menjadi kebutuhan orang kota, dibabat habis.
Untuk mengumpul
tokoh-tokoh kampung se dunia, Atah Roy pun mulai membuka internet. Ia dengan
tekun mencari tokoh-tokoh kampung se dunia. Sudah empat hari, empat malam, Atah
Roy tunak di depan komputernya, namun sampai hari keempat, Atah Roy belum juga
menemukan tokoh-tokoh yang dapat dihubungi.
“Ngapelah
ngentam berita di internet ini, tak satu pun tokoh kampung yang muncul. Lebih
banyak berita tentang bintang film, tokoh politik yang selalu mencari sensasi,”
kutuk Atah Roy dalam hati.
Atah Roy tidak
mau patah arang. Ia dengan kayakinan besar, percaya bahwa banyak tokoh kampung
di dunia ini dikabarkan di media internet ini.
“Aku yakin,
pasti ade tokoh kampung di dunia ini diberitakan,” bisik Atah Roy dalam hati.
Sedang seriusnya
Atah Roy mencari tokoh kampung di internet, Leman Lengkung menghampirinya.
Leman Lengkung duduk di sebelah Atah Roy. Sebenarnya Leman Lengkung mau
bertanya 2 hari yang lalu, namun niatnya itu dikurung dalam-dalam. Leman
Lengkung paham betul, apabila Atah Roy diganggu ketika sedang serius, maka maki
hamun yang akan melumpat dari mulut Atah Roy. Rasa ingin tahu Leman Lengkung
sudah tak bisa ditahan lagi, apalagi melihat Atah Roy sudah mulai bisa diajak
berdiskusi.
“Ape yang Atah
cari di ineternet sebetulnye ni? Dah masuk empat hari empat malam, Atah Roy tak
pakai beranjak sekejap pun depan komputer ni? Kalau saye dapat bantu, saye akan
bantu Atah,” ujar Leman Lengkung.
“Sepatutnya,
engkau memang bisa membantu aku, tapi sebagai orang tue, aku tidak boleh
menyerah. Aku dibesokan di kampung, dan bagi orang kampung menyerah itu
merupekan aib beso,” Atah Roy menjawab, namun matanya masih tetap di layar
komputer.
“Tah, saye ini
keponakan Atah. Sebagai keponakan Atah, saye juge ikut prihatin dengan kondisi
Atah,” tambah Leman Lengkung.
“Berat hati aku
nak mintak tolong dengan dikau, Man. Bukan aku tak percaye dengan kemampuan
dikau, tapi aku malu sebagai orang tue, aku harus dapat menyelesaikan
permasalahan aku sendiri,” ucar Atah Roy yakin.
“Tapi, kalau
sudah tak mampu, jangan dipaksekan Tah. Atah selalu menesehati saye, bahwa
tolong menolong harus senantiase kite kembangkan pade diri kite. Itulah yang
diajarkan orang kampung dari dulu sampai sekarang,” kata Leman Lengkung yakin.
“Kalau betul
dikau nak membantu aku, aku nak bertanye suatu hal,” kate Atah Roy.
“Ape tu, Tah?”
“Pernah dikau
terbace di internet atau media lainnye, bahwa ade tokoh kampung yang
diberitakan atas prestasi yang dibuatnye?”
“Sampai saat ini
Tah, belum pernah saye membace berita mengenai orang kampung yang berprestasi
diberitakan. Kalau tentang bintang film, banyak, Tah. Atah nak buat ape?” tanye
Leman Lengkung.
“Itulah yang
memeningkan kepala aku ni. Tak mungkinlah tak ade seorang pun orang kampung
yang berprestasi,” jelas Atah Roy.
“Atah nak buat
ape dengan berita tokoh kampung yang berprestasi tu?” tanye Leman Lengkung lagi.
“Aku nak
mengadakan pertemuan tokoh kampung se dunia, nak melawan orang kota yang arogan
itu,” jelas Atah Roy.
Leman Lengkung
tertawa terbahak-bahak. Melihat Leman Lengkung tertawa, Atah Roy naik geram.
“Ngape dikau
ketawe? Aku lempang kang, baru tahu dikau, Man!” ujar Atah Roy geram.
“Atah..., Atah,
di dunie ini, kecuali di negeri kite ini, dah tak ade kampung lagi, Tah. Negara
orang dah maju semuenye. Walaupun maju, mereka tetap menjunjung semangat
kampung menjadi kekuatan membangun negara mereke, Tah,” jelas Leman Lengkung.
“Ape ye, Man?”
tanye Atah Roy.
“Ye, Tah,” jawab
Leman Lengkung.
Atah Roy pun
tersandar di kursinya, sambil memegang kepalanya.
“Kite selalu
tertinggal,” keluh Atah Roy.