Selamat Datang di Hikayat Atah Roy. Senyum Adalah Keikhlasan yang Tak Terucap

Sabtu, 26 Januari 2013

Puisi



Pada pelantikan Barack Obama menjabat menjadi Presiden Amerika yang kedua kalinya (21/1/2013), kembali pembacaan puisi dipegelarkan. Rupanya pelantikan Presiden Amerika memang identik dengan baca puisi. Puisi menjadi sesuatu perekat diri manusia Amerika. Sebagai ‘perekat’ sekaligus simbol demokrasi, penyair yang membacakan puisi karyanya sendiri itu pun dipilih mewakili keberagaman bangsa Amerika. Terpilihlah Richard Blanco, imigran berdarah Kuba. Richard Blanco lahir di Spanyol kemudian berimigrasi ke Amerika bersama ibunya. Puisi berjudul One Day karya Richard bergema di pelantikan Barack Obama.
Leman Lengkung terkagum-kagum dengan pelantikan Presiden Amerika. Leman Lengkung berpikir bahwa Pemerintah Amerika paham betul meletakkan ‘kehalusan’ yang diemban karya sastra, dijadikan mempersatu bangsanya. Setahu Leman Lengkung, Amerika Serikat yang dihuni oleh imigran dari penjuru dunia, pada awalnya adalah bangsa babar. Amarika Serikat merupakan kawasan pembuangan para pembangkang (penjahat) dari Inggris, Perancis ataupun dari bangsa yang terlebih dahulu maju. Mungkin, pikir Leman Lengkung, puisi dengan kata-kata pilihan dapat dijadikan perahut agar hati lebih peka terhadap kejadian yang ada di sekitar manusia. Betullah tu, One Day karya Richard Blanco itu bercerita tentang Amerika Serikat pada hari ini, pikir Leman Lengkung lagi.
Melihat Leman Lengkung akhir-akhir ini asik membaca karya-karya sastra, terutama puisi, Atah Roy jadi heran. Berdasarkan pengamatan dan kajian Atah Roy selama ini, Leman Lengkung paling tidak suka membaca puisi. Pernah Atah Roy mendengar Leman Lengkung bercakap bahwa untuk apa membaca puisi, bahasa sukar diartikan, dan penyair hanya mementingkan dirinya saja. “Penyair kita hanye menulis peristiwa luke dia aje. Luke disebabkan cintalah, karya sastra tak dibacalah, sampai hal-hal yang remeh-temeh pun dibuat puisi. Sementare masalah sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, diabaikan begitu saje,” cakap Leman Lengkung ini masih tegiang di telinga Atah Roy.
Itulah sebabnya Atah Roy heran menenguk Leman Lengkung, alih-alih suke dengan puisi. Sudah 4 hari Atah Roy memeram keheranannya, namun hari ini Atah Roy tak tahan lagi, apelagi hari ini Leman Lengkung baca puisi dengan bergaya.
“Amboi, amboi dikau, Man, bukan main lagi, bace puisi bergaya macam penyair betul?” ujar Atah Roy.
Leman Lengkung terkejut dan langsung berhenti baca puisi.  Muka Leman Lengkung berubah agak memerah.
“Atah ni, debo saye jadinye. Biaselah Tah, bace puisi harus masuk ke dalamnye, dan bergaya merupekan ekspresi dari puisi yang kite bace,” jelas Leman Lengkung dengan tersipu-sipu.
“Betul tu, Man. Tak salah de, tapi yang aku herankan kenape dikau suke betul dengan puisi akhir-akhir ini?” Atah Roy hendak menyelidik Leman Lengkung.
“Puisi kalau dihayati betul-betul Tah, akan memunculkan semangat kite untuk berjuang mengarungi kehidupan ini. Kate-kate yang dirangkai jadi puisi macam memiliki roh, kate-kate itu menyelinap ke hati, lalu mengunggah kesadaran kite, Tah,” ujar Leman Lengkung panjang lebar.
Atah Roy tersenyum saja. Dalam hati Atah Roy bercakap, “Budak Leman ni, itik pulak hendak diajar berenang,” tapi ucapan itu tidak disampaikan kepada Leman Lengkung. Atah Roy takut Leman Lengkung berkecil hati pula nantinya.
“Puisi juge Tah, membuka celah-celah pengetahuan kite akan pentingnya menghargai manusie lainnye. Pokoknye puisi the bestlah Tah,” Leman Lengkung bersemangat menjelaskan kepada Atah Roy.
“Dah lame aku tahu Man. Dikau aje yang baru tahu,” Atah Roy agak kesal karena diajar Leman Lengkung. “Yang aku herankan dari dikau sekarang ni Man, mengape dikau suke puisi akhir-akhir ini, padahal sebelumnye dikau tak suke?” Atah Roy kembali menyelidik Leman Lengkung.
“Atah tak mengikuti zaman. Makenye Tah, jadi orang tu jangan nonton sinetron aje, sesekali sempatkan diri nonton berita,” ujar Leman Lengkung dengan bangga.
“Aduh Man, bukan main medetus kate-kate dikau masuk ke hati aku! Atah Roy menahan geram. Darahnya sudah sampai ke ubun-ubun.
“Bukan ape-ape Tah, dari beritalah kite tahu perkembangan dunia. Atah nenguk waktu Barack Obama dilantik jadi Presiden Amerika? Tak nengukan?” Leman Lengkung seperti mengejek Atah Roy.
“Man, Man, kalau tali kail panjang sejengkal, jangan lautan dalam hendak diduge. Mulai dari Presiden Amerika Serikat yang pertame, George Washington, sampai Barack Obama, akulah yang menjahit jas mereke. Jadi jangan sombonglah Man!” suara Atah Roy mulai meninggi. “Pertanyaan aku, kenape dikau suke dengan puisi sekarang ni?” nada pertanyaan Atah Roy sudah lain kedengarannya, penuh amarah.
“Tah, waktu Barack Obama dilantik jadi presiden yang pertame, penyair pembaca puisinya bername Elizabeth Alexander, dan pelantikan yang kedue, tampil penyai Richard Blanco. Begitulah dahsyatnye Amerika Serikat memposisikan puisi,” kata Leman Lengkung sambil mengangguk-angguk.
“Selalu macam itu orang kite ni, Man. Semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mate, pakai tak nampak aje,” jelas Atah Roy.
“Hubungannye dengan bace puisi di pelantikan Presiden Amerika, Tah?” Leman Lengkung mulai penasaran.
“Orang Melayu sampai sekarang ni tetap menghargai karya-karya sastra, terutame puisi. Cube dikau bukak mate lebo-lebo Man, setiap orang Melayu mengadekan acara pernikahan, puisi selalu dibacekan,” ujar Atah Roy yakin.
“Ape betul tu Tah? Rase saye tak ade de,” Leman Lengkung tak yakin.
“Setiap pengantin lelaki hendak masuk ke rumah pengantin wanita, pihak pengantin lelaki harus pandai pantun untuk membuka kain. Dan begitu juge dengan pihak wanita, harus pandai berpatun. Terjadilah berbalas pantun. Bukankan pantun itu adalah puisi? Dan setiap orang Melayu menikah, berbalas pantun tetap diadekan? Apekah orang Melayu tidak menghargai karya sastra? Jangan dikau macam-macam Man,” Atah Roy menjelaskan kepada Leman Lengkung panjang lebar.
“Ye, tak ye juge ye, Tah. Ngapelah kalau orang kite tak sado ye Tah?” tanya Leman Lengkung.
“Bukan orang lain yang tak sado, dikau tu yang tak sado diri!” kate Atah Roy sambil menekak kepale Leman Lengkung. Leman Lengkung tak berbunyi.
               

Sabtu, 12 Januari 2013

Menggunting Dalam Lipatan





Kepentingan yang berasal dari keserakahan membuat manusia kehilangan akal sehatnya. Persaudaraan, pertemanan menjadi tidak bernilai dan dibunuh untuk mewujudkan keinginannya. Maka dia pun berdiri dan menari di atas penderitaan orang lain. Anehnya, di zaman kenen alias zaman kini, manusia seperti ini dijulang beramai-ramai oleh manusia lainnya. Manusia kenen tidak melihat asal-usul kesuksesan yang diraih seseorang, tetapi manusia kenen lebih mementingkan apa yang mereka dapat dari kesuksesan orang tersebut. Kehidupan ini sebenarnya tidak kejam, manusialah yang menciptakan ianya menjadi kejam.
Atah Roy tidak menyangka bahwa Muslim Bokang sanggup melakukan hal yang tidak terpuji; mengkhianati Dollah Sulah, dan berpihak kepada Jamal Cacing. Padahal Jamal Cacing selama ini selalu menyusahkan Muslim Bokang. Waktu getah alias ojol Sahak Sumbing hilang, Jamal Cacing menuduh Muslim Bokang yang mencurinya. Padahal getah itu dicuri oleh Jamal Cacing, setelah dijual separuh dan separuhnya lagi diletakkan di belakang rumah Muslim Bokang. Akhirnya Muslim Bokang harus mempertanggung jawabkan apa yang tidak dikerjakannya. Dollah Sulahlah yang menyelamatkan Muslim Bokang dengan mengajak damai Sahak Sumbing. Sahak Sumbing setuju, asalkan separuh getahnya yang sudah dijual, diganti. Dollah Sulah menyanggupi mengganti getah yang sudah terjual itu, sehingga Muslim Bokang selamat dari hukuman.
Peristiwa itu belumlah lama berlangsung, dan semenjak peristiwa itu, hubungan Muslim Bokang dengan Dollah Sulah semakin akrab. Mereka saling mengisi. Mereka satu kekuatan dengan dua pikiran dan dua perasaan. Atas usulan Muslim Bokanglah akhirnya Dollah Sulah maju untuk ikut pencalonan Ketua RW. Di sinilah puncanya, Muslim Bokang mengkhianati Dollah Sullah dan berpihak kepada Jamal Cacing. Pengkhianatan Muslim Bokang disebabkan Jamal Cacing menjanjikan akan memberi hak penuh kepada Muslim Bokang mengelola kedai milik koperasi di bawah kekuasaan Ketua RW.
Dari mulut Muslim Bokanglah segala keburukan dan strategi Dollah Sulah diketahui oleh Jamal Cacing. Laporan Muslim Bokang ini menjadi kekuatan Jamal Cacing melumpuhkan Dollah Sulah. Akhirnya fitnah tersebar ke warga dan nama baik Dollah Sulah pun tercemar, warga pun mengalihkan suara mereka kepada Jamal Cacing.
“Tah, ngape termenung macam ayam berak kapur aje Atah ni?” tanya Leman Lengkung melihat Atah Roy duduk termenung di kursi tamu rumah mereka.
“Aku memikirkan kekalahan Dollah Sulah,” jawab Atah Roy sambil menarik nafas panjang.
“Ape hendak dipikirkan Tah, dah 6 bulan pemilihan itu. Kite harus terime dengan lapang dade sajelah pilihan warga,” jelas Leman Lengkung agak arif.
“Menggunting dalam lipatan itu paling bahaye,” ujar Atah Roy dengan nada kesal.
“Sudahlah Tah, semuenye sudah terjadi,” tambah Leman Lengkung.
“Tak semudah itu, Man. Kalau kawasan ini dibangun dengan pengkhianatan, maka selanjutnya pengkhianatan-pengkhianatan merajalela di kawasan kite ini,” ujar Atah Roy.
“Memang perlu pengkhianatan Tah, kalau tidak kekuasaan yang zalim akan tetap berkuase,” Leman Lengkung mencoba menenangkan Atah Roy.
“Suai betul aku dengan cakap dikau tu, Man. Tapi ingat Man, kata pengkhianatan itu tak memandang tempat, yang sering mendapat padahnye dari pengkhianatan itu adalah kekuasan yang baik, kalau ingin menjatuhkan kekuasaan zalim, itu bukan pengkhianatan namenye. Seperti Hang Jebat, die tidak berkhianat kepade Sultan, tapi sultanlah yang berkhianat pade Hang Tuah,” ujal Atah Roy panjang lebar.
“Macam gitu pulak ye, Tah?” Leman Lengkung penasaran.
“Memang macam tu,” jawan Atah Roy singkat.
“Sudahlah Tah, sekarang ni mari kite berpikir tentang diri kite sajelah,” tutur Leman Lengkung selambe.
Mendengar ucapan Leman Lengkung, mata Atah Roy terpendel alias terbelalak menenguk Leman Lengkung. Leman Lengkung jadi serba salah dengan tatapan mata Atah Roy.
“Kalau mate Atah dah macam gini, ini yang tak sedap ni,” kata Leman Lengkung gelisah.
“Kalau dikau bercakap tu Man, pakai otak, jangan pakai lutot. Kalau dikau bercakap pakai lutot, memang terlungkop auop kampung kite ni!” Atah Roy mulai emosi.
“Ngape pulak macam tu, Tah?” Leman Lengkung makin salah tingkah.
“Ingat ye Man, Allah menciptakan manusie itu berkelompok, dan kewajiban kite untuk memikirkan kelompok. Kalau kite hanye berpikir untuk diri sendiri, tak diciptakan manusie ini banyak de, cukup kite berdue aje. Dikau menguasai benua eropa, amerika, aku menguasai benua asia dan afrika, selesai ceritenye Man. Inikan tidak, kite diciptakan di tengah-tengah masyarakat kampung kite ni, dan kite wajib memikirkan kampung kite ni!” Atah Roy semakin geram.
“Kalau macam tu Tah, saye tahu juge.”
“Kalau dikau tahu, ngape dikau berpikiran hanye untuk diri sendiri?” nada Atah Roy semakin meninggi.
“Macam mane kite nak memikirkan orang lain Tah, diri kite sendiri saje terlantar tak tentu arah. Seharusnye kite memikirkan diri kite terlebih dahulu, baru kite memikirkan orang lain,” Leman Lengkung tidak mau kalah.
“Suai aku dengan pendapat dikau tu, Man,” Atah Roy kehilangan argumentasi.
“Kalau Atah suai dengan pendapat saye, macam mane kalau kite meminjam duit di koperasi yang dikelola  Muslim Bokang. Musim hujan ni Tah, kite tak dapat noreh getah,” usul Leman Lengkung.
“Biolah aku tak makan seminggu daripade aku minjam duit ke koperasi itu,” tegas Atah Roy.
“Ngape pulak macam tu, Tah?” Leman Lengkung penasaran lagi.
“Orang yang naik dengan mengkhianati saudarenye, pasti akan melakukan kezaliman di muke bumi ini,” jelas Atah Roy.
“Ape betul, Tah?” Leman Lengkung semakin penasaran.
“Pasti bunge minjam di koperasi itu tak tanggung-tanggung lagi ye?” balik Atah Roy bertanya.
“Kalau terlambat bayo satu hari Tah, dah dihitung membayar dende setengah dari pinjaman kite,” jelas Leman Lengkung.
“Dah aku telah dah. Budak Muslim ni, buat susah orang kampung aje!” geram Atah Roy sambil berdiri dengan emosi tinggi. Atah Roy langsung ke dapur mengambil parang.
“Atah nak kemane dengan parang tu?” tanye Leman Lengkung.
“Aku nak menebas kepale pengkhianat tu. Tak boleh hidup orang macam tu di negeri kite ni de!” geram Atah Roy. Leman Lengkung menahan langkah Atah Roy.
“Sabo Tah, kite harus susun strategi menjatuhkan Muslim Bokang tu,” ucap Leman Lengkung.
Atah Roy pun terduduk dengan nafas terengah-engah menahan emosi.