Mendengar kata politik, orang-orang selalu mencebir. Kata politik menjadi virus kebencian yang menjangkit di setiap nadi orang-orang di negeri ini. Politik berkonotasi buruk, bahkan tak jarang orang-orang berpendapat bahwa politik adalah ‘dunia dosa’. Maka banyaklah orang-orang tidak percaya kepada orang yang terjun ke dunia politik. Namun di satu sisi, orang politik memiliki peranan besar membuat jalur untuk melayari negeri ini. Walaupun dibenci, tapi banyak juga orang yang masih ingin terjun ke dunia politik. Ada apa dan bagaimana sebenarnya politik itu?
Sebagai orang
awam dan tidak mengecap pendidikan tinggi, Atah Roy juga ikut-ikutan mengecam
politik merupakan ajang tipu muslihat. Kesimpulan ini dibuat Atah Roy
berdasarkan pengalaman di kampungnya. Katan Tetel, jiran Atah Roy, menjadi
bukti nyata yang dirasakan Atah Roy untuk menyimpulkan politik itu buruk.
Katan Tetel,
sebelum menjadi anggota parlemen mewakili kampungnya, merupakan orang yang paling
susah untuk berbuat janji. Hal ini disebabkan, bagi Katan Tetel, janji
merupakan utang yang harus dilunaskan, dan tidak melunasi janji adalah dosa. Kalaupun
Katan Tetel berbuat janji, janji itu dilunasi sebelum waktu kesepakatan.
Pokonya, Katan Tetel menjadi panutan di kampung. Itu sebabnya, ketika Katan
Tetel mencalonkan diri menjadi anggota dewan, tidak bersanggah lagi, Katan
Tetel memperoleh suara yang sangat memuaskan. Sembilan puluh persen orang
kampung memilih Katan Tetel. Duduklah Katan Tetel menjadi anggota dewan.
Namun setelah
duduk menjadi anggota parlemen, pegangan hidup Katan Tetel berubah seratus
delapan puluh derajat. Katan Tetel menjadi orang yang paling manis berbicara,
namun tidak pernah lagi mewujudkan apa yang ia uceri iniapkan. Katan Tetel pun sudah
jarang balik kampung, ia asik sibuk ke provinsi atau pun ke pusat. Janji-janji
yang diucapkan, hanya seperti angin lalu, tidak pernah ada buktinya.
Pada awalnya,
Atah Roy menyangka bahwa kesibukanlah yang menyebabkan Katan Tetel berubah.
Maklum, sebagai anggota dewan, Katan Tetel tidak saja mengurus orang kampung,
tapi mengurus masalah negeri ini. Namun sudah berjalan dua tahun Katan Tetel
menjadi anggota dewan, pembengaknya menjadi-jadi. Atah Roy pun menyimpulkan
bahwa Katan Tetel memang sudah berubah. Janji Katan Tetel mau memperbaiki
jambatan, jalan dan fasilitas umum di kampung pun tidak pernah terwujud. Katan
Tetel lebih banyak muncul di koran-koran dengan program-programnya membangun
kampung, namun jarang sekali balik kampung.
Orang-orang
kampung mendesak Atah Roy menemui Katan Tetel. Atah Roy ditunjuk oleh orang
kampung disebabkan, selain mereka berjiran, Atah Roy juga tokoh yang disegani
di kampung. Waktu Katan Tetel mencalonkan diri menjadi anggota dewan, Atah Roy
ikut mendukung Katan Tetel.
Atah Roy
menyanggupi apa yang diamanahkan orang kampung kepadanya. Mulailah Atah Roy
bergerilya mencari nomor handphone
Katan Tetel yang aktif. Sudah lima nomor yang didapat Atah Roy, namun satu pun nomor
handphone Katan Tetel tak aktif. Padahal
dulu, nomor handphone cuma satu, dan
aktif dua puluh empat jam. Atah Roy mulai geleng kepala. “Ngape pulak macam
gini jadinye budak Katan ni?” ucap Atah Roy setelah menghubungi nomor handphone Katan Tetel yang kelima.
Pintu kemudahan
memang selalu terbuka untuk niat yang baik. Sedang Atah Roy frustrasi, Leman
Lengkung datang membawa kabar gembira.
“Tah, Atah pasti
sedang pening mencari nomor hp Katan Tetel kan?” tanye Leman Lengkung dengan
raut wajah gembira.
“Dah tahu aku pening,
dikau bertanye pulak. Sekali aku lempang, baru tahu dikau, Man!” ujar Atah Roy
emosi.
“Tah, menghadapi
masalah tu, jangan emosi, tak baik. Tak ade satu pun pekerjaan selesai dengan
sempurna kalau dikerjekan dengan emosi,” Leman Lengkung menasehati Atah Roy.
“Eeeeee...,
budak ni, die pulak menasehati awak. Tahunye aku, Man. Aku ni lebih dulu makan
asam garam dibandingkan dengan dikau. Jangan dikau nak menasehati aku pulak!”
Atah Roy bertambah emosi.
“Ini nomor hp
Katan Tetel yang aktif,” Leman Lengkung tak mau mengambil resiko dimarahi Atah
Roy, dan Leman Lengkung menyerahkan nomor handphone
Katan Tetal kepada Atah Roy.
Atah Roy
langsung menekan nomor-nomor yang ada di handphonenya
sesuai dengan nomor yang diberikan Leman Lengkung. Nomor yang dihubungi Atah
Roy tersambung, namun tak diangkat. Atah Roy menggulang beberapa kali, tidak
juga diangkat.
“Sms dulu, Tah.
Kadangkala orang tak mau ngangkat kalau name tak muncul di hp,” saran Leman
Lengkung.
Atah Roy
memandang Leman Lengkung dengan rasa kesal, karena merasa diajar. Atah Roy tak
membalas kata-kata Leman Lengkung, dia langsung menulis pesan singkat ke nomor
Katan Tetel. “Tan, ini aku, Atah Roy, tolong kau angkat aku nelpon kau,” bunyi
sms Atah Roy ke handphone Katan
Tetel.
Beberapa detik
kemudian, handphone Atah Roy
berdering. Atah Roy melihat ke layar handphonenya,
muncul nomor Katan Tetel.
“Assallammualaikum,
Roy. Aku minta maaf sebelumnye, aku tak tahu nomor hp dikau,” suara Katan Tetel
terdengar.
“Walaikumsallam.
Payah betul nak menghubungi dikau ni, Tan, sudah lima nomor hp dikau aku
hubungi, satu pun tak aktif,” ujar Atah Roy agak kesal.
“Maklum Roy,
kadang orang-orang menelpon mintak duit terus, macam awak ni pemilik bank
pulak,” suara Katan Tetel terdengar angkuh ditelinga Atah Roy.
“Tan, aku nelpon
dikau ni, tak mintak duit, tapi aku cume nak menyampikan amanah orang kampung,
bahwa dikau dah tak amanah lagi. Selalu janji yang dikau buat tak pernah dikau
tepati. Orang-orang kampung mintak aku menyampaikan kepade dikau masalah ini.
Dikau dah jauh berubah, Tan,” ujar Atah Roy tersinggung dengan ucapan Katan
Tetel.
“Ini politik,
Wak. Kite harus pandai-pandai bermain, salah setengah langkah, kite binase. Ini
politik, Wak, penuh dengan trik berbahaye. Jadi aku harus pandai-pandai
mengatur strategi. Ini politik, Wak,” jawab Katan Tetel.
“Kalau dah masuk
politik, kite harus jadi pembengak?” tanye Atah Roy geram.
“Ini politik,
Wak. Tak ade hitam atau putih, yang ade hanye abu-abu. Aku harus pandai-pandai,
kalau tidak aku terdepak. Ini politik, Wak,” tambah Katan Tetel.
“Ini politik,
Wak..., ini politik, Wak, kepale hotak engkau! Makan politik engkau tu!” Atah
Roy makin geram.
“Sabo. Ini
politik, Wak...,” belum selesai kalimat Katan Tetel, Atah Roy menutup
pembicaraan.
“Apekah politik
menyebabkan orang berubah?” tanye Atah Roy pelan.
“Entah,” jawab
Leman Lengkung sambil terganga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar