Selamat Datang di Hikayat Atah Roy. Senyum Adalah Keikhlasan yang Tak Terucap

Sabtu, 11 Juni 2011

Puake Duit


Mendengar kate duit atau uang atau money, maka akan terbayanglah efek dari duit tersebut. Dengan duit, orang bisa melakukan apa saja. Dengan duit, orang mampu menjadi raja di zaman kenen. Entah siapalah yang pertama menemukan duit sebagai alat tukar yang memiliki nilai tertinggi dalam hidup ini, sehingga disebabkan duit, semua rasa kasih sayang luntur. Rasa persaudaraan kandas. Tak heranlah disebabkan duit orang berbunuh-bunuh, tak peduli suami membunuh istri, istri membunuh suami, anak membunuh emak, abang membunuh adik, pokoknya duit memiliki kekuatan setan alias berpuake.

Leman Lengkung tidak memiliki pilihan lain lagi, selain membuat perhitungan kepada Atah Roy, bapak saudaranya sendiri. Mata hati Leman Lengkung kini telah tertutup rapat, ia tak peduli lagi dengan jasa Atah Roy yang telah membesarkannya. Selama ini, Leman memang menurut apa saja yang dilarang atau pun apa saja yang disuruh Atah Roy, tapi kali ini tidak. Pengabdiannya telah sampai sempadan dan Leman Lengkung akan mengambil tindakan melawan Atah Roy.

Kemak alias suntuk alias risau Leman Lengkung terhadap Atah Roy bermula 2 hari yang lalu, disaat terjadinya ganti rugi yang dilakukan oleh perusahaan perambah hutan di kampung mereka. Atah Roy adalah satu-satunya orang yang tidak mau menjual tanah atau hutan yang turun temurun diwariskan nenek moyangnya kepada perusahaan perambah hutan tersebut. Alasan Atah Roy sederhana, tetapi memiliki makne yang dalam. “Apebile kita baik kepade alam, make alam akan membalas kebaikannye kepade kite,” kata Atah kepada Lemang Lengkung ketika Leman bertanya kenapa Atah Roy tidak menjual tanah atau hutan pusake itu kepada pihak perusahaan.

Pada saat itu, darah Leman Lengkung mendidih, dan tangannya terasa ringan mau menampar mulut Atah Roy yang tak bertanggung jawab itu. “Mentang-mentang die bapak saudare dan lebih tue dari aku, mudah aje menolak ganti rugi itu. Hak aku ade di tanah pusake tu, dan seharusnye Atah Roy berunding dulu dengan aku,” Leman Lengkung bersungut.

Kemarahan Leman Lengkung menjadi-jadi, menenguk Ali Tonel dah beli motor baru dari hasil penjualan hutan. Tapa Kurau dah pula membeli sepeda baru untuk anak dia. Begitu juga dengan Samad, Khalid, Tamam, Ridwan dah pula membeli pakaian, sepatu, jam tangan baru; menyetel macam orang kota. Bang Kantan, tiap hari membeli ikan beso dan sedap dari nelayan yang baru balik dari laut, semunya dari hasil menjual hutan. Sementara Leman Lengkung; baju oblong lusuh, celana jeans dah tak berbentuk lagi inilah yang dipakai tiap hari. “Kali ini, Atah akan tahu siape sebenonye Leman Lengkung ini!” dalam hati Leman memberontak.

Atah Roy baru balik dari kedai kopi Nah Idan. Leman Lengkung bersiap-siap di depan pintu masuk rumah. Mata Leman Lengkung seperti mata elang melihat anak ayam, tajam, setajam silet.

“Aduh mak, Man, begaye betul dikau hari ini?” Atah Roy menyapa.

“Tak gune basa-basi lagi Tah, kite to the point jelah!” Leman Lengkung menggeram.

“Amboi, manis betul bahasenye!” Atah Roy mulai terpancing. “Ade ape sebenonye Man, sehingge dikau garang macam ayam mengeram?” Atah Roy penasaran.

“Tah, kite ini hidup dalam zaman modern, sehingge tak salahkan, kalau kite memanfaatkan fasilitas modern pulak!” Leman mulai membuka tabir masalah.

“Memang tak paham betul aku ape yang dikau cakap ni, Man?”

“Atah jangan purak-purak bodoh! Atah kan tahu betape pentingnye duit bagi kite hari ini. Dengan duit, kite bisa mengubah nasib kite, Tah!” Suara Leman meninggi.

“Ape hubungan duit dengan aku?” Atah Roy masih belum paham.

“Atah, aku ni serius!”

“Aku lebih serius Man. Aku tak paham ape yang dikau cakap.”

“Baik!” Leman Lengkung dengan kasar langsung mencekik leher Atah Roy menggunakan tangan kirinya, sementara tangan kanannya mengambil parang yang ia selipkan di belakang, dan mengacungkan parang tersebut di kepala Atah Roy.

“Aku butuh duit, Tah! Mengape Atah tak menjual tanah pusake tu?!” suara Leman berat.

Atah Roy tak dapat berbuat apa-apa. Matanya terbeliak memandang parang yang diacungkan Leman Lengkung. Tiba-tiba tubuh Atah Roy melemah dan Atah Roy jatuh terkulai. Leman Lengkung jadi serba salah. Pikirannya tentang motor baru, pakaian baru, jam tangan baru, duit banyak, hilang seketika melihat tubuh Atah Roy jatuh tak berdaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar