Selamat Datang di Hikayat Atah Roy. Senyum Adalah Keikhlasan yang Tak Terucap

Sabtu, 07 Juli 2012

Gelombang Riau


Menurut Atah Roy, mencintai tanah kelahiran bukanlah dosa, bahkan merupakan suatu keharusan. Bukan berarti Atah Roy tidak nasionalis, karena sifat nasionalisme yang mengebu-ngebulah Atah Roy harus mencintai tanah kelahirannya dengan segenap jiwa dan raga. Menurut pikiran Atah Roy, tak mungkin disebabkan hendak menjunjung nilai nasionalis, memaksa dirinya mencintai negara ini secara menyeluruh. Manusia memiliki keterbatasan, dan keterbatasan ini bukan menjadi kelemahan, sebaliknya keterbatasan merupakan kekuatan untuk mengenal diri lebih dekat lagi.
Tersebab Atah Roy menyadari keterbatasan manusia untuk mewujudkan nilai nasionalis, maka Atah Roy harus bersungguh-sungguh mencintai tanah kelahirannya. Dengan mencintai tanah kelahirannya, Atah Roy dapat menuangkan segala gagasan dan tenaga untuk memajukan tanah kelahiran. Ujung-ujungnya tanah kelahiran maju dan masyarakatnya sejahtrea, Bukankah kesejahteraan masyarakat dan negara ini maju merupakan mimpi nasionalisme itu.
Tidak mungkin berharap pada orang lain mencintai tanah kelahiran kita, kalau bukan kita sendiri. Orang lain juga punya tanah kelahiran yang harus dicintai dengan segenap jiwa dan tenaga. Maka Atah Roy pun berpesan kepada seluruh masyarakat Riau, terutama orang-orang Riau yang memiliki kekuatan politi, ekonomi dan yang mengatasnamakan Riau kepentingan mereka, berjalanlah atas nama cinta untuk tanah kelahiran. Tanah Riau ini telah berjasa membesarkan kita, dan sepantasnyalah kita juga memberikan yang terbaik untuk tanah Riau ini.
Tanah Riau merupakan tanah diberkati. Kekayaan alamnya melimpah, tak usah dicakap lagi kekayaannya seperti apa, semue orang sudah tahu. Sudah banyak perguruan tinggi melakukan penelitian tentang kekayaan alam di Riau, cuma belum ada lembaga baik dari perguruan tinggi maupun lembaga penelitian lainnya, meneliti berapa kadar rasa cinta orang Riau terhadap tanah kelahirannya.
Atah Roy berpandangan bahwa mencintai tanah kelahiran merupakan modal yang sangat penting untuk membangun Riau. Tentu saja, pembangunan bukan diartikan sempit, pembangunan fisik saja, tetapi pembangunan jiwa merupakan hal yang sangat penting. Atah Roy tidak menafikan bahwa pembangunan di Riau ini, terutama di Pekanbaru, sangatlah pesat. Pekanbaru disulap menjadi kota metropolis yang menyediakan apa saja, tapi cuma dijengah ke kampung, masyarakat hidup dalam kesulitan. Transpotasi tak mendukung, apelagi serana lainnya, semuanya hancur.
Atah Roy pun berandai-andai, seandainya orang-orang Riau yang memiliki posisi penting di republik ini bersatu dan bermufakat membangun Riau, maka tidak mustahil, bukan saja Kota Pekanbaru, tapi Provinsi Riau ini akan menjadi provinsi yang paling makmur. Seharusnya orang-orang yang mengatasnamakan masyarakat Riau, memiliki rasa cinta terhadap tanah ini lebih lagi dibandingkan orang yang tidak mengatasnamakan tanah Riau ini. Mereka, menurut Atah Roy, punya kekuatan, memiliki posisi tawar menawar yang kuat untuk membangun Riau ini. Seandainya mereka mau mewujudkan cinta mereka pada tanah Riau ini dengan tindakan, maka Riau akan muncul seperti gelombang, menghempas karang, beting dan pantai Indonesia, dan serta merta Riau akan dilirik.
Sebenarnya, kata Atah Roy, setiap orang memiliki rasa cinta terhadap tanah kelahirannya, namun rasa cinta itu terkikis disebabkan kepentingan sesaat, ego hendak muncul sendiri, hendak kaya sendiri. Padahal seandainya orang yang mengatasnamakan masyarakat Riau itu mau menuangkan kepentingan bersama, pasti mereka akan dapat lebih dari semua itu, asalkan cinta kepada tanah kelahiran ini dijunjung tinggi-tinggi. “Ini tidak, dah dekat pemilihan gubernur, pemeilihan DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten atau dah dekat pemilihan Kepala Desa, baru sibuk menganggap dirinye putra pilihan mewujudkan Riau makmur. Hehaaiiii…” bisik Atah Roy dalam hati.      
“Tanah Riau ini sudah ditakdirkan memberi demi kemajuan republik ini agaknya. Atau kite saje yang tak bisa kompak,” pikir Atah Roy. Menjunjung nasionalisme, menurut Atah Roy, tidaklah harus menggadai kemakmuran Riau. “Riau ini harus mendapat tempat di republik yang kita cintai ini. Tentu saje, orang-orang Riau memperjuangkannye. Kalau kite diam saje, menerime ape yang dikatekan orang pusat, make siap-siaplah Riau ni gulung tikar,” ujar Atah Roy sambil termenung.
Tak habis pikir Atah Roy adalah mengapa orang Riau tidak berani menekan. Padahal kalau diturut-turut, Riau ini punya segala-galanya. Mulai dari sejarah yang gemilang, sampai saat ini, Riau selalu dilirik orang lain. Lebih parah lagi, orang Riau selalu tidak percaya dengan orang Riau lainnya. Inilah punca permasalahan; orang Riau tidak mau berembuk, duduk semeja, bersepakat untuk Riau ke depan. Orang Riau, menurut Atah Roy, nak berkelahi sesamanya, padahal cita-cita sama, cuma pandangan saja yang berbeda. “Kalau dah berbede pandangan, maka sampai tujuh keturunan tak bertegur. Orang pandai pun disingkirkan, kalau dah berbede pandangan. Jadilah nak membangun Riau dengan orang-orang bermuke seribu dan pandai menjilat,” Atah Roy geram.
Sebagai rakyat kecil, Atah Roy cuma bisa memberi semangat kepada orang-orang terdekatnya. Kalau mau diterima, alhamdulillah, kalau tidak diterima, tak jadi masalah. Keikhlasan mencintai ini harus dimulai dari sendiri. Kalau cinta itu sudah muncul pada diri, maka orang terdekat pun terhimbas. Orang terdekat akan membawa pula kepada teman terdekatnya, kalau hal ini sudah terwujud, maka tidak mustahil Riau ini akan jadi gelombang besar yang selalu dipandang orang.  
                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar