Membaca berita di surat kabar dan juga melihat berita di stasiun televisi,
hati Atah Roy selalu berdebar. Bedebar bukan karena takut atau gentar, tetapi
berdebar disebabkan Atah Roy belum mampu menampakkan eksistensinya sebagai
muslim yang baik. Atah Roy memang menjalankan ibadah puasa dan sholat, tetapi
ibadah itu belumlah cukup untuk mengantarkan dirinya menjadi muslim sejati.
Masih banyak saudara-saudara muslim, baik di negeri ini, maupun di luar negeri,
mendapat perlakukan tidak semestinya. Selalu saja ibadah yang dilakukan oleh
umat muslim, terutama di luar negeri, mendapat tantangan yang luar biasa.
Atah Roy pun menitik air mata, ketika membaca berita sebanyak 20 ribu
muslim Rohingya dibantai di Negara Myanmar. Hati Atah Roy benar-benar terluka.
Muncul semangat membela sesama muslim dalam diri Atah Roy, namun Atah roy tidak
memiliki kekuatan untuk membela saudara-saudara muslim di Myanmar itu.
Belum usai air mata Atah Roy berjatuhan membaca berita pembantaian Muslim
Rohingnya, kembali kesedihan melanda Atah Roy. Di bagian neger Perancis, ada
walikotanya melarang warga muslimnya untuk berpuasa. Hal ini dilakukan untuk
menjaga keseimbangan dalam bekerja, terutama bagi guru. Alasan mereka lagi,
bahwa dengan berpuasa, kondisi tubuh menjadi lemah dan akan menyebabkan anak
didik mereka terabaikan.
Selain berita dari Perancis, Atah Roy kembali harus mengeluarkan air matanya
kembali. Kali ini berita datang dari negera Cina yang melarang muslim di
Provinsi Xinjiang di sana untuk berpuasa. Berbagai cara pemerintah Cina
menghalangi muslim Uighur untuk tidak berpuasa. Hal ini, bagi Atah Roy,
benar-benar sudah keterlaluan. Atah Roy tidak habis pikir kenapa Islam selalu
dijadikan musuh oleh negara yang mayoritas bukan Islam? Padahal di Indonesia
yang mayoritas rakyatnya Islam terbesar di dunia, tidak pernah menghalangi umat
lain melakukan ibadah.
Islam bagi Atah Roy, adalah agama penyeimbang dunia dan akhirat. Maka
sebab itulah, ajaran Islam selalu mengajarkan umatnya untuk melakukan kebiakan
sesama manusia, agar di akhirat nanti tidak menuai bala. Manusia, apapun
agamanya, dalam ajaran Islam haruslah disayangi. Nabi Muhammad SAW, telah
mencotohkan bagaimana Islam tidak bermusuhan dengan agama lain. Islam itu
adalah agama pencerahan.
Menurut ilmu pengetahuan yang Atah Roy miliki, agama Islam selalu membuka
ruang menjunjung nilai kemanusiaan untuk seluruh manusia, agar terjadi
keharmonisan di atas dunia ini. Selain itu, ajaran Islam juga penuh
pertimbangan untuk melakukan tindakan. “Jangan kami terus ditikam, perlawanan
kami mengatasnamakan Allah Maha Besar lebih dahsyat, dan kami rela binasa,”
ucap Atah Roy dalam hati.
Leman Lengkung tiba-tiba muncul di hadapan Atah Roy. Leman Lengkung
membawa koran di tangannya. Leman Lengkung menggelengkan kepala, ada sesuatu
yang merisaukan di benaknya.
“Cobaan kita memang berat, Tah,” Leman Lengkung membuka cerita.
“Memang, Man. Kite harus bersatu padu dan bangkit untuk lepasdari cobaan
ini,” ujar Atah Roy.
“Betul tu, Tah. Kita harus tampakan diri kite sebagai orang yang tidak
lemah. Kite harus tetap berdiri dengan dada dibusungkan ke depan,” tambah Leman
Lengkung.
“Ajaran agama kite mewajibkan kite menjadi pemenang, dan itu harus kite
laksanakan,” Atah Roy bersemangat.
“Jangan takut Tah, saye akan tetap berdiri di belakang Atah, kalau
dibolehkan, saye yang di hadapan,” Leman Lengkung ikut bersemangat.
“Alhamdulillah. Semangat generasi mude Islam, memang harus senantiasa
berkobar, agar Islam tetap berdiri kokoh. Aku bangga dengan dikau, Man,” Atah
Roy menepuk pundak Leman Lengkung.
“Tenang, Tah. Siape lagi yang mendukung semangat bapak saudare, kalau
bukan anak saudarenye sendiri. Saye tetap mendukung Atah,” semangat Leman
Lengkung berapi-api, sampai-sampai kepalanya berasap (campur bengaklah).
“Hebat dikau, Man. Tidak sie-sie aku mendidik dikau,” Atah Roy menarik
nafas panjang dan bangga dengan Leman Lengkung.
“Untuk kepentingan bersame menyambut hari raye ini, saye akan berusaha
sekuat tenaga bekerje, Tah,” ucap Leman Lengkung.
Atah Roy mulai bingung apa yang dikatakan Leman Lengkung. Dengan muka
serius Atah Roy menatap muka anak saudaranya itu.
“Maksud dikau, ape ni, Man?”
“Semue barang, dah melonjak naik, Tah. Semue pakaian hargenye melambanung
tinggi. Jangan percaye diskon, Tah. Orang toko tu menaikan harge
setinggi-tingginye, kemudian baru mereke pasang lebel diskon,” Leman Lengkung
menjelaskan kepada Atah Roy.
“Ape maksud dikau ni, Man?” Atah Roy mengulangi pertanyaannya.
“Nak dekat hari raye ni Tah, semue barang dah naik,” jelas Leman Lengkung.
“Astaqfirullahalazim, orang bercakap masalah muslim di dunia ini selalu
mendapat ketidakadilan, die sibuk masalah pakaian! Tak terketuk hati dikau membace
berita pembantaian muslim Rohingnya di Myanmar sedikit pun? Tak ibe dikau
melihat muslim di Perancis dan Cina dilarang puase? Ape nak jadi dengan diku
ni, Man!” Atah Roy geram.
“Ibelah Tah. Saye ni muslim juge. Saye juge ibe menenguk muslim di negara
ini ditelantarkan. Rate-rate yang miskin di negara ini orang Islam, Tah,” ucap
Leman Lengkung.
Atah Roy terdiam. Ia mengedipkan matanya, tak terasa air matanya
berjatuhan ke pipinya.
“Memang besar cobaan jadi Islam ni ye, Man?” suara Atah Roy lirih.
“Cobaan, cobaan…,” Leman Lengkung menyambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar