Negeri ini
sepertinya kehilangan kepercayaan. Setiap kali seseorang tokoh atau kelompok
berbuat baik, selalu dicurigai ada maksud tertentu. Kata orang-orang dahulu
mengatakan “ada udang di balik batu.” “Wabah” kecurigaan ini semakin bertambah menjadi-jadinya
ketika “musim” Pemilu, Pilkada sampai merebak pada pemilihan Ketu RT, untung
tidak sampai pemilihan suami atau istri.
Kecurigaan terus
hidup di benak orang-orang negeri ini, walaupun musim “pemilihan” sudah usai.
Tiada lagi saling percaya, semuanya aktivitas yang dilakukan selalu dicap punya
kepentingan pribadi atau kelompok. Berbuat baik terasa sumbang; orang-orang
was-was untuk melakukan kebiakan. Gejala ini menciptakan masyarakat saling
terpecah belah dan individualisme hidup subur. Ketika individualisme
“merajalela” maka bersiap-siaplah perselisihan, perkelahian menjadi sesuatu
cara “menyelesaikan” masalah.
Sebagai orang
tua, Atah Roy sangat kecewa melihat negeri ini tidak menghargai orang lain
lagi. Semuanya hendak dibawa pada kepentingan pribadi atau golongan. Masyarakat
terabaikan. Atah Roy tidak mampu berbuat apa-apa lagi. Orang tua kadang kala
juga terperangkap hal-hal pribadi, sehingga nasehatnya menjadi basi. Anak muda beranggapan
lebih pintar, sehingga dengan sesuka hati melakukan apapun juga.
Atah Roy tidak
mengerti, mengapa di negeri ini diserang virus “curiga” yang berkelebihan.
Kadang kala Atah Roy berpikir bahwa ada baiknya zaman Orde Baru yang dipimpin
Soeharto. Orang-orang dibungkam, sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang
menyebar kecurigaan. Zaman Reformasi ini, semua orang saling curiga dan saling
punya kesempatan menohok, bahkan membunuh orang lain. Muncullah raja-raja bermulut
manis, namun memiliki hati yang pahit. Paling parah lagi, orang-orang bermuka
seribu pun bermunculan, memanfaatkan kesempatan.
Atah Roy
terkenang, baru-baru ini, Gubernur Jakarta, Joko Widodo (Jokowi), dihadiahkan
gitar bass milik personil Metellica. Pemberian hadiah yang dilakukan oleh
bassis kelompok Metellica ini sebagai rasa terima kasih, karena Jokowi
merupakan peminat berat kelompok ini. Walaupun sudah menjadi gubernur, Jokowi
tetap hadir melihat konsert kelompok ini. Malangnya, pemberian gitar bass ini
dicurigai memiliki kepentingan politis, sehingga gitar bass tersebut diserahkan
kepada Komisi Pemberantas Korupsi. Alasannya, EO yang menghendel konser
Metallica itu akan memanfaatkan Jokowi sebagai Gubernur Jakarta.
Sementara itu,
di negeri Langcang Kuning ini, kecurigaan bertambah subur, maklum pemilihan
kepala daerah tidak lama lagi digelar. 4 September 2013 merupakan waktu untuk
menentukan siapa yang menjadi Gubernur Riau ke depan. Menyebar pesona pun harus
dilakukan, dan tentu saja untuk meyakinkan masyaralat banyak, penyebaran pesona
dilakukan oleh tim-tim yang sudah dibentuk oleh calon gubernur. Bermunculanlah
tokoh-tokoh yang masuk tim sukses.
Para tim pun
bekerja dan masalah pun muncul. Atah Roy mencoba menetralkan diri tidak memihak
sisapapun calon yang bertarung. Bagi Atah Roy, siapapun Gubernur Riau
berikutnya, harus mampu menciptakan Riau ini lebih sejahtera. Sudah lama
propinsi yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah ini, dizalimi. Untuk itulah
Atah Roy berharap kepada semua calon berkomitmen membangu Riau. Jangan ada lagi
kepentingan kelompoak atau perorangan. Setelah menjadi gubernur, calon tersebut
miliki masyarakat Riau, bukan miliki partai atau kelompok yang memenangkan
dirinya.
Sementara itu,
Leman Lengkung, anak saudara Atah Roy, masuk tim salah satu calon gubernur.
Dengan giat Leman Lengkung menyosialisasikan jaguannya tersebut. Setiap pohon
di kampung, dipasang gambar-gambar calon gubernur yang ia dukung. Sampai di
rumah Atah Roy, Leman Lengkung tinggal di rumah Atah Roy, gambar-gambar calon
geburnur Leman Lengkung dipasang. Pokonya semua dinding rumah Atah Roy ditempel
gambar.
Melihat Leman
Lengkung sudah melampau, Atah Roy pun menegur Leman Lengkung.
“Ape pasal di
setiap diding rumah aku, dikau pasang gambo die ni, Man?” tanya Atah Roy.
“Ini Tah, calon
gubernur masa depan Riau. Dia memiliki visi dan misi mantap untuk membangun Riau
ke depan,” jawab Leman Lengkung seperti seorang diplomat ulung.
“Tapi kenape
pulak dikau pasang di semue dinding rumah ni?” Atah Roy menarik nafas panjang.
“Atah tak suke
saye memasang gambo-gambo ini semue ye? Atau Atah mendukung calon lain?” Leman Lengkung
curiga.
“Bagi aku, siape
pun jadi gubernur semue pilihan kite. Tapi dikau menempel semue gambo ini ke
seluruh dinding rumah aku, memang aku tak suke,” jawab Atah Roy.
“Alah, Atah tu
memang menghambat orang lain. Saye bukan tidak tahu, semalam Atah berkunjung ke
rumah Tami Senget,” ujar Leman Lengkung agak keras.
“Ape salahnye
aku berkunjung ke rumah Tami Senget,” balas Atah Roy.
“Alah, Tah. Tami
Senget tu tim sukses calon lain. Atah mendukung calon yang dijagokan Tami
Senget tu, bukan saye tak tahu,” Leman Lengkung semakin geram.
“Man, aku ke
rumah Tami tu, mintak hutang. Sudah due bulan die belum bayo utangnya,
sementare hari raye dah dekat. Dengan ape kite nak buat kue?” Atah Roy juga
meninggikan nada suaranya.
“Usahlah Tah,
saye tahu semuenye. Atah dan Tami Senget ade buat perjanjian kalau calon Tami
tu jadi,” Leman Lengkung ketus.
“Perjanjian
ape?” Atah Roy agak geram.
“Atah akan
diangkat menjadi Ketue Koperasi di kampung ini, dan kalau Atah ketue, Tami
Senget jadi bendaharanye, senang mike membagikan duit,” Leman Lengkung semakin
emosi.
“Man, bercakap
tu bio betul siket,” muka Atah Roy memerah.
“Memang ye, Tah,
tidak usah disenbunyikan lagi,” ujar Leman Lengkung.
“Aku bercakap
betul ye, Man, jangan dikau membangunkan harimau yang sedang tidur ini,” gigi
Atah Roy rapat menahan amarah.
“Tak gune kite
bercakap lagi, Tah. Pasti Atah membela Tami tu, sebab Tami sudah menjanjikan
kepade Atah,” Leman Lengkung semakin menjadi-jadi.
Tiba-tiba tangan
kanan Atah Roy mendarat ke pipi Leman Lengkung. Atah Roy tersengal-sengal,
amarahnya tertumpah ke pipi Leman Lengkung. Tidak terima perbuatan Atah Roy,
bapak saudaranya, Leman Lengkung berdiri, dan mengepal tinjunya. Namun Leman
Lengkung menghentikan tinjunya tepat di hidung Atah Roy.
“Pakakal dikau
bapak saudare aku, kalau orang lain, dah bonyuk muke dikau ni!” ujar Leman
Lengkung penuh emosi.
Leman Lengkung
meninggalkan Atah sendiri. Atah Roy termenung melihat Leman Lengkung berani mau
meninjunya.
“Inikah kehendak
reformasi itu? Orang-orang penuh kecurigaan, sehingga menghilangkan akal
sehat,” ujar Atah Rpy lirih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar