Selamat Datang di Hikayat Atah Roy. Senyum Adalah Keikhlasan yang Tak Terucap

Sabtu, 20 Juli 2013

Curiga


Negeri ini sepertinya kehilangan kepercayaan. Setiap kali seseorang tokoh atau kelompok berbuat baik, selalu dicurigai ada maksud tertentu. Kata orang-orang dahulu mengatakan “ada udang di balik batu.” “Wabah” kecurigaan ini semakin bertambah menjadi-jadinya ketika “musim” Pemilu, Pilkada sampai merebak pada pemilihan Ketu RT, untung tidak sampai pemilihan suami atau istri.
Kecurigaan terus hidup di benak orang-orang negeri ini, walaupun musim “pemilihan” sudah usai. Tiada lagi saling percaya, semuanya aktivitas yang dilakukan selalu dicap punya kepentingan pribadi atau kelompok. Berbuat baik terasa sumbang; orang-orang was-was untuk melakukan kebiakan. Gejala ini menciptakan masyarakat saling terpecah belah dan individualisme hidup subur. Ketika individualisme “merajalela” maka bersiap-siaplah perselisihan, perkelahian menjadi sesuatu cara “menyelesaikan” masalah.
Sebagai orang tua, Atah Roy sangat kecewa melihat negeri ini tidak menghargai orang lain lagi. Semuanya hendak dibawa pada kepentingan pribadi atau golongan. Masyarakat terabaikan. Atah Roy tidak mampu berbuat apa-apa lagi. Orang tua kadang kala juga terperangkap hal-hal pribadi, sehingga nasehatnya menjadi basi. Anak muda beranggapan lebih pintar, sehingga dengan sesuka hati melakukan apapun juga.
Atah Roy tidak mengerti, mengapa di negeri ini diserang virus “curiga” yang berkelebihan. Kadang kala Atah Roy berpikir bahwa ada baiknya zaman Orde Baru yang dipimpin Soeharto. Orang-orang dibungkam, sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang menyebar kecurigaan. Zaman Reformasi ini, semua orang saling curiga dan saling punya kesempatan menohok, bahkan membunuh orang lain. Muncullah raja-raja bermulut manis, namun memiliki hati yang pahit. Paling parah lagi, orang-orang bermuka seribu pun bermunculan, memanfaatkan kesempatan.
Atah Roy terkenang, baru-baru ini, Gubernur Jakarta, Joko Widodo (Jokowi), dihadiahkan gitar bass milik personil Metellica. Pemberian hadiah yang dilakukan oleh bassis kelompok Metellica ini sebagai rasa terima kasih, karena Jokowi merupakan peminat berat kelompok ini. Walaupun sudah menjadi gubernur, Jokowi tetap hadir melihat konsert kelompok ini. Malangnya, pemberian gitar bass ini dicurigai memiliki kepentingan politis, sehingga gitar bass tersebut diserahkan kepada Komisi Pemberantas Korupsi. Alasannya, EO yang menghendel konser Metallica itu akan memanfaatkan Jokowi sebagai Gubernur Jakarta.
Sementara itu, di negeri Langcang Kuning ini, kecurigaan bertambah subur, maklum pemilihan kepala daerah tidak lama lagi digelar. 4 September 2013 merupakan waktu untuk menentukan siapa yang menjadi Gubernur Riau ke depan. Menyebar pesona pun harus dilakukan, dan tentu saja untuk meyakinkan masyaralat banyak, penyebaran pesona dilakukan oleh tim-tim yang sudah dibentuk oleh calon gubernur. Bermunculanlah tokoh-tokoh yang masuk tim sukses.
Para tim pun bekerja dan masalah pun muncul. Atah Roy mencoba menetralkan diri tidak memihak sisapapun calon yang bertarung. Bagi Atah Roy, siapapun Gubernur Riau berikutnya, harus mampu menciptakan Riau ini lebih sejahtera. Sudah lama propinsi yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah ini, dizalimi. Untuk itulah Atah Roy berharap kepada semua calon berkomitmen membangu Riau. Jangan ada lagi kepentingan kelompoak atau perorangan. Setelah menjadi gubernur, calon tersebut miliki masyarakat Riau, bukan miliki partai atau kelompok yang memenangkan dirinya.
Sementara itu, Leman Lengkung, anak saudara Atah Roy, masuk tim salah satu calon gubernur. Dengan giat Leman Lengkung menyosialisasikan jaguannya tersebut. Setiap pohon di kampung, dipasang gambar-gambar calon gubernur yang ia dukung. Sampai di rumah Atah Roy, Leman Lengkung tinggal di rumah Atah Roy, gambar-gambar calon geburnur Leman Lengkung dipasang. Pokonya semua dinding rumah Atah Roy ditempel gambar.
Melihat Leman Lengkung sudah melampau, Atah Roy pun menegur Leman Lengkung.
“Ape pasal di setiap diding rumah aku, dikau pasang gambo die ni, Man?” tanya Atah Roy.
“Ini Tah, calon gubernur masa depan Riau. Dia memiliki visi dan misi mantap untuk membangun Riau ke depan,” jawab Leman Lengkung seperti seorang diplomat ulung.
“Tapi kenape pulak dikau pasang di semue dinding rumah ni?” Atah Roy menarik nafas panjang.
“Atah tak suke saye memasang gambo-gambo ini semue ye? Atau Atah mendukung calon lain?” Leman Lengkung curiga.
“Bagi aku, siape pun jadi gubernur semue pilihan kite. Tapi dikau menempel semue gambo ini ke seluruh dinding rumah aku, memang aku tak suke,” jawab Atah Roy.
“Alah, Atah tu memang menghambat orang lain. Saye bukan tidak tahu, semalam Atah berkunjung ke rumah Tami Senget,” ujar Leman Lengkung agak keras.
“Ape salahnye aku berkunjung ke rumah Tami Senget,” balas Atah Roy.
“Alah, Tah. Tami Senget tu tim sukses calon lain. Atah mendukung calon yang dijagokan Tami Senget tu, bukan saye tak tahu,” Leman Lengkung semakin geram.
“Man, aku ke rumah Tami tu, mintak hutang. Sudah due bulan die belum bayo utangnya, sementare hari raye dah dekat. Dengan ape kite nak buat kue?” Atah Roy juga meninggikan nada suaranya.
“Usahlah Tah, saye tahu semuenye. Atah dan Tami Senget ade buat perjanjian kalau calon Tami tu jadi,” Leman Lengkung ketus.
“Perjanjian ape?” Atah Roy agak geram.
“Atah akan diangkat menjadi Ketue Koperasi di kampung ini, dan kalau Atah ketue, Tami Senget jadi bendaharanye, senang mike membagikan duit,” Leman Lengkung semakin emosi.
“Man, bercakap tu bio betul siket,” muka Atah Roy memerah.
“Memang ye, Tah, tidak usah disenbunyikan lagi,” ujar Leman Lengkung.
“Aku bercakap betul ye, Man, jangan dikau membangunkan harimau yang sedang tidur ini,” gigi Atah Roy rapat menahan amarah.
“Tak gune kite bercakap lagi, Tah. Pasti Atah membela Tami tu, sebab Tami sudah menjanjikan kepade Atah,” Leman Lengkung semakin menjadi-jadi.
Tiba-tiba tangan kanan Atah Roy mendarat ke pipi Leman Lengkung. Atah Roy tersengal-sengal, amarahnya tertumpah ke pipi Leman Lengkung. Tidak terima perbuatan Atah Roy, bapak saudaranya, Leman Lengkung berdiri, dan mengepal tinjunya. Namun Leman Lengkung menghentikan tinjunya tepat di hidung Atah Roy.
“Pakakal dikau bapak saudare aku, kalau orang lain, dah bonyuk muke dikau ni!” ujar Leman Lengkung penuh emosi.
Leman Lengkung meninggalkan Atah sendiri. Atah Roy termenung melihat Leman Lengkung berani mau meninjunya.
“Inikah kehendak reformasi itu? Orang-orang penuh kecurigaan, sehingga menghilangkan akal sehat,” ujar Atah Rpy lirih.  
      
    
  
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar