Bulan Ramdhan
datang kembali. Harapan untuk mengubah dan memperbaiki diri masih terbentang
bagi kita yang masih hidup. Bagi Atah Roy kedatangan bulan Ramdhan merupakan
kesempatan untuk mengubah diri lebih baik lagi dari bulan-bulan yang sudah
lewat. Untuk mengingatkan arti penting bulan Ramdhan ini, Atah Roy pun menulis
surat yang ditujukan kepada dirinya sendiri.
Atah Roy menjadi
bahwa perubahan itu harus dimulai dari diri sendiri. “Mengenal diri, maka akan mengenal
Tuhan yang bahari”, bisik Atah Roy dengan mengenang kembali kata-kata yang
disusun oleh sastrawan besar Riau abad 19, Raja Ali Haji. Dengan menggunakan
seagala pikirannya, Atah Roy pun menuyusun kata demi kata, dan inilah kata-kata
yang disusun Atah Roy itu.
“Waktu terus bergerak
meninggalkan peristiwa-peristiwa, maka sesungguhnya manusia itu merugi, kecuali
manusia yang beriman. Pada peristiwa-peristiwa yang ditinggalkan oleh waktu,
ada ‘wajah’ kita sebagai manusia. Wajah dengan penuh duka, wajah dengan penuh keceriaan
ataupun wajah yang sedang-sedang saja merupakan hasil usaha dan kerja kita
dalam mengisi waktu yang terus berlalu. Tentu saja keredhoaan Allah menjadi hal
yang paling penting dari segala usaha dan kerja kita selama ini.
Bulan Ramadhan datang
kembali. Kita pun kembali diberi kesempatan untuk melakukan hal yang lebih bermafaat
dan berfaedah sesuai dengan keinginan Sang Maha Pencipta. Pada bentangan waktu
yang sudah berlalu, terkadang manusia lupa, terkadang manusia lalai, terkadang
manusia sombong, bulan Ramadhan menjadi tempat merangkai kebaikan untuk
menutupi kesalahan kita.
Memang perjalanan
waktu tidak terasa, yang kecil tumbuh dewasa, yang muda bergerak menjadi tua, yang
hidup sampai pada kematian. Begitulah perjalanan waktu; tidak terasa namun pada
titik-titik tertentu, manusia tersentak disadarkan. Kesadaran manusia muncul
ketika manusia menghadapi masalah yang rumit. Manusia pun membongkar daya
ingatnya dan merangkai segala peristiwa yang mereka buat dengan peristiwa sulit
yang sedang mereka hadapi. Mempertanyakan kesalahan apa yang sudah mereka
lakukan.
Kita tidak
mungkin menyalahkan waktu, sebab waktu itu adalah diri kita. Apapun peristiwa
yang ‘tumbuh’ di bentangan waktu merupakan hasil pikiran dan perasaan manusia. Baik
dan benar, dosa dan pahala adalah hasil dari usaha dan kerja manusia. Lupa akan
hakikat sebagai manusia, menghasilkan perbuatan yang dapat merugikan diri
sendiri. Memang hidup ini mengasikkan. Dengan keasikan kehidupan menyebabkan
manusia lupa akan kebenaran yang sesungguhnya. Asik mengumpulkan harta benda,
asik ingin berkuasa, asik mau dihormati, menyebabkan manusia selalu terjerumus
dalam perbuatan lupa akan dirinya.
Manusia yang
hadir di muka bumi adalalah pemenang. Kemenangan menyanggupi menjalankan segala
perintah Sang Maha Pencipta, maka kita pun dilahirkan. Sebagai pemenang manusia
dituntut untuk mempertahankan kemenangannya dengan melakukan dan menyebarkan kebenaran
hakiki itu. Namun dalam perjalanan waktu, manusia pun bisa berubah. Lalai dan
keasikan akan keduniawian inilah penyebab manusia berubah.
Bulan Ramadhan
datang kembali. Kesempatan manusia menyulam hakikat sebagai manusia masih terbuka.
Kahadiran bulan Ramadhan menandakan Sang Maha Pencipta menyanyangi manusia. Kita
sebagai manusia, diberi kesempatan untuk melakukan intropeksi diri, agar mampu
mengubah nasib dan jalan hidup kita berdasarkan keredhoaan Allah. Tiada yang
abadi di dunia ini selain amal dan ibadah, dan Allah senantiasa
membukakesempatan itu bagi kita semua.
Setiap kali
bulan Ramadhan datang, kita diberi kebebasan untuk memperbaiki diri berdasarkan
perintaah Allah. Sebulan penuh ini, kita ditempa menjadi manusia yang
benar-benar mengenal hakikat diciptakan di muka bumi ini. Menjalin kekeluargaan
sesama manusia, tidak berburuk sangka, menghilangkan rasa denki. Bagaimanapun juga
manusia yang dilahirkan pada hakikatnya sama, sama-sama menghambakan diri
kepada Allah, dan peluang kita tetap menjadi pemenang di sisi Allah masih tetap
sama. Hanya manusia yang benar-benar mengenal diri, menjadi pemenang yang
sesungguhnya.
Pada bulan
Ramadhan tahun ini (1434 Hijrah), di negeri kita, Riau yang kita cintai ini,
setelah Ramadhan usai, akan dilangsungkan pemilihan gubernur. Maka banyak
kesempatan bagi orang-orang memanfaatkan Ramadhan untuk kepentingan sesaat. Mudah-mudahan
Ramadhan tahun ini membuka pikiran dan hati kita untuk tidak berburuk sangka
dengan manuver politik yang dilakukan oleh saudara-saudara kita. Pilihlah
mereka sesuai dengan pekerjaan mereka selama ini.
Bulan Ramadhan
mengajar kita untuk mengarifi kehidupan ini dengan keikhlasan. Mudah-mudahan
keberkahan tetap melimpah di negeri kita. Dan kita benar-benar menjadi pemenang
di mata Allah SWT.”
Setelah menulis
kalimat ini, air mata Atah Roy bercucuran berjatuhan. Atah Roy merasakan bahwa
ia belum berbuat banyak untuk kehidupan ini. Bentangan peristiwa masa lalu
hadir di benaknya. Kesombongan, kerakusan, yang pernah ia buat bukanlah jalan
yang benar untuk mendapatkan keredhoaan Allah. Atah Roy berazam bahwa Ramadhan
tahun ini ia akan bersungguh-sungguh berbuat sesuatu berharap keredhoaan Allah.
Ketika segala kerja kita diredhoi oleh Allah, maka dijamin akan dapat
menyenangi manusia lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar