Selamat Datang di Hikayat Atah Roy. Senyum Adalah Keikhlasan yang Tak Terucap

Sabtu, 06 Juli 2013

Bulan Ramadhan



Bulan Ramdhan datang kembali. Harapan untuk mengubah dan memperbaiki diri masih terbentang bagi kita yang masih hidup. Bagi Atah Roy kedatangan bulan Ramdhan merupakan kesempatan untuk mengubah diri lebih baik lagi dari bulan-bulan yang sudah lewat. Untuk mengingatkan arti penting bulan Ramdhan ini, Atah Roy pun menulis surat yang ditujukan kepada dirinya sendiri. 


Atah Roy menjadi bahwa perubahan itu harus dimulai dari diri sendiri. “Mengenal diri, maka akan mengenal Tuhan yang bahari”, bisik Atah Roy dengan mengenang kembali kata-kata yang disusun oleh sastrawan besar Riau abad 19, Raja Ali Haji. Dengan menggunakan seagala pikirannya, Atah Roy pun menuyusun kata demi kata, dan inilah kata-kata yang disusun Atah Roy itu.      
“Waktu terus bergerak meninggalkan peristiwa-peristiwa, maka sesungguhnya manusia itu merugi, kecuali manusia yang beriman. Pada peristiwa-peristiwa yang ditinggalkan oleh waktu, ada ‘wajah’ kita sebagai manusia. Wajah dengan penuh duka, wajah dengan penuh keceriaan ataupun wajah yang sedang-sedang saja merupakan hasil usaha dan kerja kita dalam mengisi waktu yang terus berlalu. Tentu saja keredhoaan Allah menjadi hal yang paling penting dari segala usaha dan kerja kita selama ini.
Bulan Ramadhan datang kembali. Kita pun kembali diberi kesempatan untuk melakukan hal yang lebih bermafaat dan berfaedah sesuai dengan keinginan Sang Maha Pencipta. Pada bentangan waktu yang sudah berlalu, terkadang manusia lupa, terkadang manusia lalai, terkadang manusia sombong, bulan Ramadhan menjadi tempat merangkai kebaikan untuk menutupi kesalahan kita.
Memang perjalanan waktu tidak terasa, yang kecil tumbuh dewasa, yang muda bergerak menjadi tua, yang hidup sampai pada kematian. Begitulah perjalanan waktu; tidak terasa namun pada titik-titik tertentu, manusia tersentak disadarkan. Kesadaran manusia muncul ketika manusia menghadapi masalah yang rumit. Manusia pun membongkar daya ingatnya dan merangkai segala peristiwa yang mereka buat dengan peristiwa sulit yang sedang mereka hadapi. Mempertanyakan kesalahan apa yang sudah mereka lakukan.
Kita tidak mungkin menyalahkan waktu, sebab waktu itu adalah diri kita. Apapun peristiwa yang ‘tumbuh’ di bentangan waktu merupakan hasil pikiran dan perasaan manusia. Baik dan benar, dosa dan pahala adalah hasil dari usaha dan kerja manusia. Lupa akan hakikat sebagai manusia, menghasilkan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri. Memang hidup ini mengasikkan. Dengan keasikan kehidupan menyebabkan manusia lupa akan kebenaran yang sesungguhnya. Asik mengumpulkan harta benda, asik ingin berkuasa, asik mau dihormati, menyebabkan manusia selalu terjerumus dalam perbuatan lupa akan dirinya.  
Manusia yang hadir di muka bumi adalalah pemenang. Kemenangan menyanggupi menjalankan segala perintah Sang Maha Pencipta, maka kita pun dilahirkan. Sebagai pemenang manusia dituntut untuk mempertahankan kemenangannya dengan melakukan dan menyebarkan kebenaran hakiki itu. Namun dalam perjalanan waktu, manusia pun bisa berubah. Lalai dan keasikan akan keduniawian inilah penyebab manusia berubah.     
Bulan Ramadhan datang kembali. Kesempatan manusia menyulam hakikat sebagai manusia masih terbuka. Kahadiran bulan Ramadhan menandakan Sang Maha Pencipta menyanyangi manusia. Kita sebagai manusia, diberi kesempatan untuk melakukan intropeksi diri, agar mampu mengubah nasib dan jalan hidup kita berdasarkan keredhoaan Allah. Tiada yang abadi di dunia ini selain amal dan ibadah, dan Allah senantiasa membukakesempatan itu bagi kita semua.
Setiap kali bulan Ramadhan datang, kita diberi kebebasan untuk memperbaiki diri berdasarkan perintaah Allah. Sebulan penuh ini, kita ditempa menjadi manusia yang benar-benar mengenal hakikat diciptakan di muka bumi ini. Menjalin kekeluargaan sesama manusia, tidak berburuk sangka, menghilangkan rasa denki. Bagaimanapun juga manusia yang dilahirkan pada hakikatnya sama, sama-sama menghambakan diri kepada Allah, dan peluang kita tetap menjadi pemenang di sisi Allah masih tetap sama. Hanya manusia yang benar-benar mengenal diri, menjadi pemenang yang sesungguhnya.
Pada bulan Ramadhan tahun ini (1434 Hijrah), di negeri kita, Riau yang kita cintai ini, setelah Ramadhan usai, akan dilangsungkan pemilihan gubernur. Maka banyak kesempatan bagi orang-orang memanfaatkan Ramadhan untuk kepentingan sesaat. Mudah-mudahan Ramadhan tahun ini membuka pikiran dan hati kita untuk tidak berburuk sangka dengan manuver politik yang dilakukan oleh saudara-saudara kita. Pilihlah mereka sesuai dengan pekerjaan mereka selama ini.
Bulan Ramadhan mengajar kita untuk mengarifi kehidupan ini dengan keikhlasan. Mudah-mudahan keberkahan tetap melimpah di negeri kita. Dan kita benar-benar menjadi pemenang di mata Allah SWT.”
Setelah menulis kalimat ini, air mata Atah Roy bercucuran berjatuhan. Atah Roy merasakan bahwa ia belum berbuat banyak untuk kehidupan ini. Bentangan peristiwa masa lalu hadir di benaknya. Kesombongan, kerakusan, yang pernah ia buat bukanlah jalan yang benar untuk mendapatkan keredhoaan Allah. Atah Roy berazam bahwa Ramadhan tahun ini ia akan bersungguh-sungguh berbuat sesuatu berharap keredhoaan Allah. Ketika segala kerja kita diredhoi oleh Allah, maka dijamin akan dapat menyenangi manusia lainnya.   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar