“Saye menyadari betul, bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Setiap
manusia akan melakukan kesalahan, tapi saye yakin, kesalahan akan menjadi
pengalaman yang paling berharga. Pengalaman inilah menjadikan manusia lebih
dewasa untuk memaknai hidup ini, Tah,” tulisan ini terpampang jelas di layar hp
Atah Roy. Atah Roy belum dapat menyimpulkan permasalahan yang sedang dihadapi
Man Tapak, si pengirim pesan lewat sms ke hp Atah Roy.
Lama Atah Roy menatap tulisan itu. Untuk menyimpulkan makna pesan Man
Tapak itu, Atah Roy mengulangi membaca. Belum juga Atah dapat menyimpulkannya.
Atah Roy tahu bahwa di balik tulisan Man Tapak ini, pasti ada maksud lain. Ini
bukan sms biasa. Atah Roy menonggakkan kepalanya, lalu merangkai
percikan-percikan peristiwa yang selalu dihadapi oleh Man Tapak. Tak juga Atah
Roy dapat menyimpulkannya.
“Betul tu, Man. Manusia tidak akan pernah terlepas melakukan kesalahan,
tapi yang memeningkan kepala aku, sms dikau tadi, pasti ade peristiwa lain di
belakannye. Ape permasalahan dikau, Man?” Atah Roy membalas sms Man Tapak.
Beberapa saat kemudian, Man Tapak membalas sms Atah Roy. Singkat. Cuma
satu kata. “Bini.” Kata itulah yang muncul di layar hp Atah Roy. Atah Roy
merespon kata itu dengan mengerutkan keningnya. Permasalahan yang sedang di
hadapai Man Tapak terbuka sedikit, tapi Atah Roy tidak berani menyimpulkan hal
yang tidak-tidak mengenai bini Man Tapak.
Setahu Atah Roy, Jimah bini Man Tapak, merupakan perempuan yang paling
tabah menghadapi apa pun masalah yang sedang melanda keluarga mereka. Waktu Man
Tapak belum menjadi orang sukses alias orang kaya, Jimah dengan ketabahannya,
terjun langsung membantu ekonomi keluarganya. Jimah tidak segan mencari kayu
bakau di pinggir pantai dan menjualnya ke orang kampung untuk dijadikan kayu
bakar. Jimah juga tidak pernah ragu menoreh karet milik Samad pada subuh
harinya. Jimah selalu setia, walau himpitan ekonomi semakin berat melanda
keluarga mereka.
Man Tapak selalu bercerita kepada Atah Roy, ia bersyukur memiliki bini
yang paling setia dan memahami keadaan lakinya. “Jimah merupakan karunia Sang
Pencipta kepada aku, Tah,” ujar Man Tapak kepada Atah Roy beberapa tahun yang
lalu.
“Apekah Jimah dah berubah ketike keluarge mereke hidup serba
berkecukupan?” pikir Atah Roy. Atah Roy betul-betul tidak paham, kenapa manusia
selalu gagal ketika mereka diuji dengan kekayaan? Padahal, ketika mengarungi
lautan kemiskinan, segala cobaan dapat diatasi. Atah Roy tak percaya, kalau
Jimah sudah berubah. Tapi kenapa Man Tapak risau dengan bininya? “Atau Man
Tapak be…” Atah Roy tidak berani berspekulasi lebih jauh lagi mengenai keluarga
Man Tapak.
Tidak mungkin pula Man Tapak membuat kelaku yang tidak-tidak. Atah Roy
tahu betul bahwa Man Tapak merupakan seorang lelaki yang bertanggung jawab. Waktu
belum kaya dulu, Man Tapak telah membuktikan bahwa dia adalah laki yang tidak
pernah menyerah untuk membahagiakan keluarganya. Apa pun pekerjaan akan
dilakukan oleh Man Tapak demi keluarganya. Man Tapak pernah menyeludupkan rokok
ke negeri seberang, dan disebabkan pekerjaannya itu, dia pun dipenjara selama
beberapa tahun. Tidak itu saja, pekerjaan lebih gila lagi, menurut kabar dari
orang-orang, Man Tapak pernah menjadi pengantar obat-obat terlarang (narkoba)
dari negeri semberang. Namun, kabar burung itu tidak terbukti.
Sampailah nasib Man Tapak dan keluarga berubah total, dari orang melarat,
kini menjadi orang kaya. Perubahan yang didapatkan oleh Man Tapak bukan tanpa
perjuangan. Ketika Man Tapak telah membulatkan tekatnya pindah dan menjadi
buruh pemotong rumput di negeri seberang, Man Tapak berkenalan dengan tokeh
besar negeri seberang itu. Tokeh itu memanfaatkan Man Tapak sebagai orang
negeri ini membuka kebun sawit. Man Tapaklah yang mengurus semue izin
perkebunan itu. Kebun itu berhasil dan kehidupan Man Tapak dan keluarga kini
telah berubah. Menurut orang kampung yang pernah singgah ke rumah Man Tapak di
kota, Man Tapak benar-benar sudah sukses. Rumahnya besar, memiliki beberapa
mobil mewah keluaran terbaru. Walaupun sudah jadi orang kaya, Man Tapak dan
keluarga tetap ramah dan selalu membantu orang-orang kampung. Hp yang sedang
dipegang Atah Roy ini juga hasil pemberian Man Tapak.
Menurut orang kampung yang pernah berkunung ke rumah Man Tapak, Jimah,
bini Man Tapak, juga tidak berubah. Jimah dengan senyumnya, selalu menyapa
orang kampung. Malahan, ketika berpamitan dari rumahnya, Jimah selalu
menyelipkan uang kepada orang kampung. Tidak itu saja, Jimah selalu mengirimkan
uang untuk keluarganya yang berada di kampung.
“Jadi apa yang salah dari Jimah,” Atah Roy terus berpikir mencari jawaban.
“Manusia rupanya tak kuat dicoba dengan kekayaan, Tah,” Sms Man Tapak
masuk lagi ke hp Atah Roy. Atah Roy betul-betul tak mengerti.
“Ape masalah engkau, Man?” Atah Roy memberanikan diri membalas sms Man
Tapak dengan pertanyaan to do point.
Lama Atah Roy menunggu jawaban Man Tapak. “Berat masalah Man Tapak
nampaknye ni,” pikir Atah Roy.
“Aku macam kacang lupe kulit, Tah,” sms Man Tapak belum menyelesaikan
pertanyaan Atah Roy.
Tiba-tiba Leman Lengkung datang. Dengan terengah-engah, Leman Lengkung
menghampiri Atah Roy. Melihat Leman Lengkung macam dikejar hantu, Atah Roy jadi
geram.
“Ngape engkau ni, Man?”
“Bang Man Tapak, Tah,” Leman Lengkung masih terengah-engah.
“Ngape Man Tapak?” Atah Roy semakin serius.
“Keluarge Bang Man hancur, Tah. Kak Jimah tak tahan dikhianati terus. Kate
orang kampung, Bang Man Tapak selingkuh, bahkan dah pula nikah dengan perempuan
lain,” Leman Lengkung menjelaskan.
“Ape kesah lelaki ni. Ketike senang tak ingat mase susah. Bini dulu yang
sangat tabah menemani dalam kesusahan dikesampingkan. Padahal bini yang
dinikahi sekarang, mencintai karena duit, bukan cinta sejati seperti bini dulu.
Nasiblah dikau bini dulu,” kata Atah Roy menggelengkan kepalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar