Selamat Datang di Hikayat Atah Roy. Senyum Adalah Keikhlasan yang Tak Terucap

Minggu, 18 Desember 2011

Bini Dulu


“Saye menyadari betul, bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Setiap manusia akan melakukan kesalahan, tapi saye yakin, kesalahan akan menjadi pengalaman yang paling berharga. Pengalaman inilah menjadikan manusia lebih dewasa untuk memaknai hidup ini, Tah,” tulisan ini terpampang jelas di layar hp Atah Roy. Atah Roy belum dapat menyimpulkan permasalahan yang sedang dihadapi Man Tapak, si pengirim pesan lewat sms ke hp Atah Roy.
Lama Atah Roy menatap tulisan itu. Untuk menyimpulkan makna pesan Man Tapak itu, Atah Roy mengulangi membaca. Belum juga Atah dapat menyimpulkannya. Atah Roy tahu bahwa di balik tulisan Man Tapak ini, pasti ada maksud lain. Ini bukan sms biasa. Atah Roy menonggakkan kepalanya, lalu merangkai percikan-percikan peristiwa yang selalu dihadapi oleh Man Tapak. Tak juga Atah Roy dapat menyimpulkannya.
“Betul tu, Man. Manusia tidak akan pernah terlepas melakukan kesalahan, tapi yang memeningkan kepala aku, sms dikau tadi, pasti ade peristiwa lain di belakannye. Ape permasalahan dikau, Man?” Atah Roy membalas sms Man Tapak.
Beberapa saat kemudian, Man Tapak membalas sms Atah Roy. Singkat. Cuma satu kata. “Bini.” Kata itulah yang muncul di layar hp Atah Roy. Atah Roy merespon kata itu dengan mengerutkan keningnya. Permasalahan yang sedang di hadapai Man Tapak terbuka sedikit, tapi Atah Roy tidak berani menyimpulkan hal yang tidak-tidak mengenai bini Man Tapak.
Setahu Atah Roy, Jimah bini Man Tapak, merupakan perempuan yang paling tabah menghadapi apa pun masalah yang sedang melanda keluarga mereka. Waktu Man Tapak belum menjadi orang sukses alias orang kaya, Jimah dengan ketabahannya, terjun langsung membantu ekonomi keluarganya. Jimah tidak segan mencari kayu bakau di pinggir pantai dan menjualnya ke orang kampung untuk dijadikan kayu bakar. Jimah juga tidak pernah ragu menoreh karet milik Samad pada subuh harinya. Jimah selalu setia, walau himpitan ekonomi semakin berat melanda keluarga mereka.
Man Tapak selalu bercerita kepada Atah Roy, ia bersyukur memiliki bini yang paling setia dan memahami keadaan lakinya. “Jimah merupakan karunia Sang Pencipta kepada aku, Tah,” ujar Man Tapak kepada Atah Roy beberapa tahun yang lalu.
“Apekah Jimah dah berubah ketike keluarge mereke hidup serba berkecukupan?” pikir Atah Roy. Atah Roy betul-betul tidak paham, kenapa manusia selalu gagal ketika mereka diuji dengan kekayaan? Padahal, ketika mengarungi lautan kemiskinan, segala cobaan dapat diatasi. Atah Roy tak percaya, kalau Jimah sudah berubah. Tapi kenapa Man Tapak risau dengan bininya? “Atau Man Tapak be…” Atah Roy tidak berani berspekulasi lebih jauh lagi mengenai keluarga Man Tapak.
Tidak mungkin pula Man Tapak membuat kelaku yang tidak-tidak. Atah Roy tahu betul bahwa Man Tapak merupakan seorang lelaki yang bertanggung jawab. Waktu belum kaya dulu, Man Tapak telah membuktikan bahwa dia adalah laki yang tidak pernah menyerah untuk membahagiakan keluarganya. Apa pun pekerjaan akan dilakukan oleh Man Tapak demi keluarganya. Man Tapak pernah menyeludupkan rokok ke negeri seberang, dan disebabkan pekerjaannya itu, dia pun dipenjara selama beberapa tahun. Tidak itu saja, pekerjaan lebih gila lagi, menurut kabar dari orang-orang, Man Tapak pernah menjadi pengantar obat-obat terlarang (narkoba) dari negeri semberang. Namun, kabar burung itu tidak terbukti.
Sampailah nasib Man Tapak dan keluarga berubah total, dari orang melarat, kini menjadi orang kaya. Perubahan yang didapatkan oleh Man Tapak bukan tanpa perjuangan. Ketika Man Tapak telah membulatkan tekatnya pindah dan menjadi buruh pemotong rumput di negeri seberang, Man Tapak berkenalan dengan tokeh besar negeri seberang itu. Tokeh itu memanfaatkan Man Tapak sebagai orang negeri ini membuka kebun sawit. Man Tapaklah yang mengurus semue izin perkebunan itu. Kebun itu berhasil dan kehidupan Man Tapak dan keluarga kini telah berubah. Menurut orang kampung yang pernah singgah ke rumah Man Tapak di kota, Man Tapak benar-benar sudah sukses. Rumahnya besar, memiliki beberapa mobil mewah keluaran terbaru. Walaupun sudah jadi orang kaya, Man Tapak dan keluarga tetap ramah dan selalu membantu orang-orang kampung. Hp yang sedang dipegang Atah Roy ini juga hasil pemberian Man Tapak.
Menurut orang kampung yang pernah berkunung ke rumah Man Tapak, Jimah, bini Man Tapak, juga tidak berubah. Jimah dengan senyumnya, selalu menyapa orang kampung. Malahan, ketika berpamitan dari rumahnya, Jimah selalu menyelipkan uang kepada orang kampung. Tidak itu saja, Jimah selalu mengirimkan uang untuk keluarganya yang berada di kampung.
“Jadi apa yang salah dari Jimah,” Atah Roy terus berpikir mencari jawaban.
“Manusia rupanya tak kuat dicoba dengan kekayaan, Tah,” Sms Man Tapak masuk lagi ke hp Atah Roy. Atah Roy betul-betul tak mengerti.
“Ape masalah engkau, Man?” Atah Roy memberanikan diri membalas sms Man Tapak dengan pertanyaan to do point.
Lama Atah Roy menunggu jawaban Man Tapak. “Berat masalah Man Tapak nampaknye ni,” pikir Atah Roy.
“Aku macam kacang lupe kulit, Tah,” sms Man Tapak belum menyelesaikan pertanyaan Atah Roy.
Tiba-tiba Leman Lengkung datang. Dengan terengah-engah, Leman Lengkung menghampiri Atah Roy. Melihat Leman Lengkung macam dikejar hantu, Atah Roy jadi geram.
“Ngape engkau ni, Man?”
“Bang Man Tapak, Tah,” Leman Lengkung masih terengah-engah.
“Ngape Man Tapak?” Atah Roy semakin serius.
“Keluarge Bang Man hancur, Tah. Kak Jimah tak tahan dikhianati terus. Kate orang kampung, Bang Man Tapak selingkuh, bahkan dah pula nikah dengan perempuan lain,” Leman Lengkung menjelaskan.
“Ape kesah lelaki ni. Ketike senang tak ingat mase susah. Bini dulu yang sangat tabah menemani dalam kesusahan dikesampingkan. Padahal bini yang dinikahi sekarang, mencintai karena duit, bukan cinta sejati seperti bini dulu. Nasiblah dikau bini dulu,” kata Atah Roy menggelengkan kepalanya.
 
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar