Selamat Datang di Hikayat Atah Roy. Senyum Adalah Keikhlasan yang Tak Terucap

Sabtu, 10 Desember 2011

Pembengak

Sebagai masyarakat kecil, Atah Roy menjaga betul supaya dirinya tidak dicap sebagai pembengak alias pembohong. Untuk menghidari hal itu, Atah Roy pun tidak pernah membuat janji. Sekecil apa pun janji, Atah Roy selalu menghindarinya. Namun kali ini Atah Roy terperangkap oleh janji yang dibuat oleh Atan Kedel, sepupunya, yang sudah menjadi orang besar di kota.
Atan Kedel, sepupu Atah Roy itu, berjanji akan memperbaiki jalan di kampungnya yang sudah rusak parah. Atah Roy tidak tahu mengapa Atan Kedel berjanji untuk memperbaiki jalan di kampung mereka. Padahal selama ini, Atan Kedel tidak pernah memikirkan kampung. Alih-alih saja, Atan Kedel membuat janji. Niat Atan Kedel itu disampaikan kepada Atah Roy, dan Atah Roy diminta oleh Atan Kedel untuk menyampaikan janjinya kepada masyarakat.
Berat hati Atah Roy menanggung amanah ini. Mau dikhabarkan kepada masyarakat, Atah Roy tak pernah membuat janji. Tak dikatakan, Atan Kedel berharap betul agar Atah Roy memberitahukan kepada orang kampung. Agar Atan Kedel sadar bahwa berjanji kepada orang itu tidak baik, Atah Roy pun bercakap kepada Atan Kedel. Atah Roy berharap, Atan Kedel menyimpan niatnya untuk memperbaiki jalan kampung, disimpan di dalam hati yang paling dalam. Atah Roy menesehati Atan Kedel dengan mengatakan bahwa niat yang baik, tak perlu digembor-gemborkan kepada orang lain. “Niat baik, walaupun tak diucap, tetap pahalenye dicatat,” ujar Atah Roy kepada Atan Kedel.
Dasar ungkal alias keras kepala, Atan Kedel tidak mau menerima. Apa yang diucapkan Atah Roy, tidak menjadi ‘air’meredakan kobaran semangat Atan Kedel untuk meminta tolong, agar niatnya disampaikan kepada orang kampung. Dengan terpaksa Atah Roy menyebarkan niat Atan Kedel ke seluruh pelosok, ke seluruh keramaian dan ke seluruh-seluruh kampung. Orang kampung akhirnya mengetahui jalan mereka yang sudah rusak parah akan diperbaiki. 
Inilah yang ditakutkan oleh Atah Roy. Sudah dua tahun janji itu didengungkan dan sudah dua tahun pula masyarakat menunggu; jalan bertambah buruk, hati semakin panas. Janji itu terbengkalai, sama seperti jalan yang rusak itu, dibiarkan tanpa kepastian. Belum ada tanda-tanda janji yang disampaikan Atah Roy yang didapat dari Atan Kedel terealisasi. Orang-orang kampung sudah pula menganggap Atah Roy pembengak kelas kakap. Atah Roy selalu tersudut, apabila ada musyawarah di kampungnya. Usul Atah selalu dipangkah alias selalu dipotong sebelum Atah Roy sempat menyelesaikan ucapannya.
“Lidah tak bertulang; buat janji memang mudah, tapi menepatinya perlu keberanian,” ujar salah seorang penduduk kampung.
“Atah usah bercakap lagi, jalan yang rusak tu, sampai sekarang tak diperbaiki. Hati kami dah meluat betul mendengar suare Atah,” timpal penduduk kampung yang lain pula.
Hati Atah Roy seperti disayat dengan silet, pedihnya sungguh tidak terkatakan. Selama ini, Atah Roy tidak pernah merasakan hal seperti ini. Bagi Atah Roy, kesedihan yang paling terdalam adalah ketika apa yang dikatanya tidak pernah didengar orang, alias diabaikan karena dicap sebagai pembengak.
“Cakapkanlah kepade sepupu Atah itu, kalau nak jadi pahlawan, jangan hanye pandai bercakap. Jadi pahlawan tu, Tah, berani menunaikan janji yang telah dibuat,” Ali Kenkang menyepelekan Atah Roy.
Atah Roy tak berkutik, tak dapat berbuat apa-apa untuk membentengi anggapan orang kampung kepada dirinya. Diam merupakan jalan terbaik untuk meredam ceme’ehan orang kampung terhadap Atah Roy. Disebabkan janji itu jugalah, pamor Atah Roy menurun drastis. Hasil survey LSM kampung, nama Atah Roy tidak termasuk dalam sepuluh besar nama-nama orang kampung yang dapat dipercayai. Malahan, nama Atah Roy berada di puncak untuk kategori pembengak, menggeser nama Bedu Bengang yang selama ini terkenal sebagai raja pembengak.
Leman Lengkung tidak terima bapak saudaranya disepelekan di kampungnya sendiri. Leman Lengkung pun mengikrarkan diri membela Atah Roy mati-matian. Dengan segala upaya, Leman Lengkung melakukan gerakan untuk memulihkan nama baik Atah Roy. Salah satu Leman Lengkung memperbaiki nama baik Atah Roy adalah dengan membuat poster yang dituliskan dengan menggunakan spidol.
Poster-poster yang ditulis Leman Lengkung dengan menggunakan spidol dan dengan biayanya sendiri itu, ditempelkan dimana-mana. Rumah warga, kebun warga, pasar, sekolah, masjid, mushola dan tempat keramaian lainnya yang berada di kampung itu, pasti ada poster tentang Atah Roy.
“Atah Roy bukan pembengak. Die dimanfaatkan orang lain untuk kepentingan pribadi orang lain! Nama Atah Roy harus dibersihkan semula dalam waktu yang sesingkat-singkatnya!” tulis Leman Lengkung di posternya.
Orang-orang kampung hanya membaca tulisan di poster itu, tanpa menarik anggapan mereka terhadap Atah Roy sebagai pembengak kelas kakap di kampung itu. Orang kampung sedikit pun tidak percaya apa yang dikatakan Leman Lengkung dengan posternya. Bagi orang kampung, kalau dah bengak sekali, sampai mati payah mau dipercayai.
“Sudahlah Man, aku terime ape yang dilakukan orang kampung kepade aku. Inilah nasib orang yang tak punye kekuatan,” ucap Atah Roy.
“Tak bisa, Tah. Kite memang orang kecik, tapi jangan orang memandang rendah kepade kite. Ini marwah!” balas Leman Lengkung.
“Tak perlu, Man. Kite jalankan aje hidup ini, biar Sang Pencipta yang menilainye,” Atah Roy sabar.
“Mane bisa, Tah! Orang lain yang berjanji, ngape Atah pulak yang nanggung? Ini tidak adil. Ngape kalau orang besar di negeri ini buat janji dan tidak pernah ditepati, orang kampung diam saje? Apekah mereke takut?” Leman Lengkung bertambah emosi.
Atah Roy tak dapat berbuat apa-apa, kecuali mengurur dadanya yang terasa sesak. “Mungking orang takut tak dapat jatah,” kate Atah Roy tertunduk lemas.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar