Selamat Datang di Hikayat Atah Roy. Senyum Adalah Keikhlasan yang Tak Terucap

Sabtu, 08 Oktober 2011

Rekayasa


Rupanya manusia, siapapun orangnya, tak pernah rela kehilangan kekuasaannya, termasuklah Atah Roy. Bagi Atah Roy, kekuasaan itu seperti kopi, kalau tak minum satu hari, kepala akan mengalami proses songsang atau lebih tepatnya, kepale jadi bengal alias pening. Untuk mempertahankan kekuasaannya, Atah Roy harus menciptakan satu stratgei baru. Berharap mempertahankan kekuasaan atas diri Leman Lengkung, sudah tidak mungkin lagi. Leman Lengkung sudah tumbuh menjadi lelaki remaja, dan memiliki keinginan untuk berkuasa pula. Leman Lengkung juga sudah pandai melawan. Setiap kali Atah Roy menyuruh melakukan sesuatu hal, dengan argumentasi dan beribu alasan, Leman Lengkung dapat membebaskan diri dari perintah Atah Roy. Bahkan tidak jarang pula perintah Atah Roy untuk Leman Lengkung menjadi bumerang, berbalik arah, Atah Roy yang akhirnya diperintah oleh perintah yang dikeluarkan oleh Atah Roy sendiri. Mustahil bagi Atah Roy tetap bertahan pada diri Leman. Ibarat pepatah lama; memelihara anak harimau, sudah besar, harimau menerkam tuannya. Macam itulah Leman Lengkung di mata Atah Roy.

Atah Roy tak ingin kekuasaannya hilang sejalan bertamabahnya usia Leman Lengkung. Kehilangan kekuasaan, berarti kehilanagan segala kenikmatan, dan Atah Roy tak ingin kehilangan kenikmatan itu. Atah Roy tahu betul bagaimana rasanya tidak memiliki kekuasaan, segala perintah, segala pekerjaan, yang biasanya dilakukan oleh orang lain, harus dilakukannya sendiri. Apabila Leman Lengkung sudah tak miliknya lagi, maka Atah Roy harus siap-siap pergi ke pasar membeli belacan dan masak bilis sambal belacan sendiri.

Ketakutan kehilangan kekuasaan rupanya menyebabkan Atah Roy berpikir keras. Atah Roy harus melakukan sesuatu. Untuk mendapatkan sesuatu demi mempertahankan kekuasaan, Atah Roy mereka-reka rancangan untuk menjatuhkan Leman Lengkung. Terpikir oleh Atah Roy untuk memasung Leman di kolong rumah panggungnya. Seandai Leman dipasung, kemerdekaan Leman memang dapat dirampas, tapi Atah Roy seperti berkuasa pada benda mati, sebab Leman Lengkung tidak dapat berbuat apa-apa. Atah Roy juga yang susah, karena harus menyediakan keperluan Leman Lengkung; menyediakan makanan, membasuh kotoran Leman. Terpikir susahnya memelihara Leman Lengkung di pasungan, Atah Roy mendelete rencananya itu.

Menarik rambut dalam tepung; tepungnya tidak berserak dan rambutnya tak putus. Atah Roy pun kembali berpikir. Atah Roy dapat akal. Leman Lengkung harus dijebak. Seperti kilat, pikiran Atah Roy, sambung menyambung, maka Atah Roy membuhul suatu gagasan, yaitu menuduh Leman Lengkung mencuri barangnya. “Ye, aku harus menghebohkan Leman mencuri barang aku. Tentu saje, aku dapat menekan die, supaye patuh balek kepade aku. Kalau Leman tak patuh, aku gertak bawak ke pihak keamanan,” Atah Roy tersenyum.

Belum sempurna seratus persen senyumnya, Atah Roy teringat bahwa selama ini orang kampung tahu Atah Roy tak punye ape-ape, selain kebun getah sekangkang kere tu. Selama ini, kebun itu pun dikelola oleh Leman Lengkung. Wajah Atah Roy mengerut, tanda gagasan itu akan menjerat dirinya sendiri, apabila dijalankan. Atah Roy menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Ini same membunuh diri namenye,” bisik Atah Roy.

Kembali Atah Roy berpikir. Tiba-tiba wajah Atah Roy diterangi lampu 1000 watt; terang, menyilaukan mata. Matanya terbeliak, lalu dari mulutnya melompat nama seseorang. “Kijah!” teriak Atah Roy. “Aku harus memindahkan kekuasaanku dari Leman Lengkung ke Kijah,” pikir Atah Roy.

Kijah tetangga Atah Roy, sudah lama menjanda. Kijah punya anak dua, yang tua baru berusia 10 tahun dan yang kecil berusia 7 tahun. Atah Roy pun membayangkan bagaimana dia dilayani oleh Kijah. Makanan sudah ada di meja, pakaian dicuci, mau merokok tinggal suruh anak tiri beli di kedai. Pokoknya, kunci memiliki kekuasaan bagai Atah Roy adalah dia bisa hidup senang dengan mengeluarkan perintah, plus dilayani seperti raja. “Aku harus memikat Kijah,” pikir Atah Roy.

Memikat hati Kijah, bukanlah perkara mudah, namun obsesi selalu menjadi kekuatan super, memompa darah untuk merangsang otak bekerja. Atah Roy tidak peduli, apakah gagasan itu di luar hati nurani, atau pun melebihi perangai hewan, yang penting bagi Atah Roy, tidak kehilangan kekuasaan. Muncullah gagasan yang paling gila dalam sejarah hidup Atah Roy. Atah Roy akan menyebarkan isu bahwa Kijah hamil. Tentu saja orang kampung menganggap kehamilan Kijah merupakan aib dan akan mendatangkan bala di kampung ini. Dan orang-orang kampung meminta Kijah mengaku, siapa laki-laki yang telah menghamilinya. Tentu saja Kijah tidak akan pernah mengaku, karena dia tidak pernah melakukan hal itu. Orang kampung juga akan tetap pada pendirian mereka, Kijah harus mengaku.

Kesempatan inilah akan dipergunakan Atah Roy untuk tampil sebagai pahlawan, menyelamatkan kampung dari bala dengan menyanggupi menikahi Kijah. Atah Roy telah menyiapkan alasan untuk menikahi Kijah. Sebagai lelaki yang sudah lama hidup menduda, apa salahnya menikahi janda yang dalam kesusahan.

Atah Roy tersenyum lebar. Dia merasakan sedang menunggang angin, terbang ke pohon-pohon kenikmatan. “Leman, dinasti Atah Roy dikau ni, tak akan pernah rubuh,” suara Atah Roy yakin.

Leman Lengkung datang sambil memikul koper besar disebelah kanannya, sementara tangan kirinya, menjinjing tas yang tidak terlalu besar. Melihat Leman Lengkung, Atah Roy tersenyum lebar. Atah Roy tidak merasa gentar sedikit pun melihat Leman yang mau pindah.

“Hendak kemane dikau, Man?” Atah Roy mencebirkan bibirnya.

“Bukan saye nak berangkat Tah, tapi Kak Kijah,” jawab Leman Lengkung.

“Kijah nak pindah?” dalam dada Atah Roy ada gelombang besar yang mau menghempas.

Sesaat kemudian Kijah dan kedua anaknya muncul. Hati Atah Roy mulai retak.

“Tah, saye terpakse pindah. Calon laki saye ngajak pindah ke kampung die. Di kampung ini, saye pun dah tak punye keluarge dekat. Atah dan Lemanlah yang selalu membantu saye. Maafkan sa…,” belum selesai Kijah menyelesaikan kalimatnye, Atah Roy kejang-kejang macam orang terkene sawan babi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar