Selamat Datang di Hikayat Atah Roy. Senyum Adalah Keikhlasan yang Tak Terucap

Sabtu, 01 Oktober 2011

Satria; Menjadi Rambo


Kesal. Sebagai rakyat kecil, Atah Roy hanya mampu memendam kemarahan di dalam lubuk hatinya melihat peristiwa yang terjadi di negeri ini. Negeri ini seperti tidak memiliki rasa kasih sayang lagi. Segala peristiwa mengatasnamakan rakyat, namun rakyat tak pernah berubah; semakin menderita. Semua pembangunan, bermasalah. Semua kegiatan, bermasalah. Entah apalah yang dipikirkan oleh orang-orang yang memiliki kekuatan di atas sana. Tak ada lagi lembaga yang ‘bersih’, semuanya ternoda dan telah kemasukan puaka duit.

Tidak salahlah sebagai rakyat kecil, Atah Roy hanya bisa mengandai-andai, bermimpi, berkinginan, berharap menjadi tokoh super kuat untuk mengatasi negeri ini. Satria. Ya satria, kata itulah yang melekat di benak Atah Roy dan sangat padan dengan situasi negeri ini hari ini. Otak Atah Roy pun mereka-reka sosok satria yang akan menjadi pujaan rakyat kecil. Atah Roy teringat pada tahun 80 an, ada film “Satria Bergitar” yang diperankan oleh Rhoma Irama. Kemana-mana satria itu membawa gitar sambil melantunkan lagu-lagunya untuk memulihkan keadaan dengan liriknya. Atah Roy ragu menjadi Satria Bergitar, sebab pada hari ini orang-orang tak mempan lagi dengan nasehat. Jangankan nasehat yang disampaikan melalui karya seni, melalui mulut ulama lengkap dengan Al Quran dan hadist pun diabaikan.

Atah Roy berpikir dan menanyakan keinginan di benaknya. Keraguan mendera Atah Roy. “Perlukah memulihkan keadaan yang tak tentu arah ini dengan kekerasan?” ucap Atah Roy pelan. Keraguan itu menghilang apabila Atah Roy teringat betapa parah negeri ini menanggung perbuatan yang mengayakan diri sendiri atau golongan. Tidak bisa tidak, negeri ini harus memiliki satria, pikir Atah Roy, tapi satria seperti apa?

“Rambo!” pekik Atah Roy. Atah Roy tak peduli lagi apa pun cemeehan orang tentang asal usul Rambo. Atah Roy pun tak kesah sangat bahwa Rambo adalah tokoh fiktif yang diciptakan oleh negara “raksasa” Amerika. Pokoknya Rambo menjadi pilihan di benak Atah Roy untuk dinobatkan sabagai satria dalam melakukan perubahan.

Dengan menjadi Rambo, Atah Roy akan membela orang-orang yang tertindas dan menghancur leburkan orang-orang yang melakukan kezaliman. Orang-orang yang tidak amanah dengan jabatannya, orang-orang yang mengingkari janji kepada rakyat, orang-orang yang menyalahgunakakan jabatannya, adalah sasaran Atah Roy. Rambo yang diusulkan oleh pikiran Atah Roy, tidak semena-mena menghancurkan orang-orang yang termasuk kategori disebutkan tadi. Rambo Atah Roy, akan melakukan pendekatan; menasehati orang yang tersesat dari kebenaran, diupayakan kembali kepada jalan yang benar. Seandainya dengan nasehat tidak juga mampu, maka basoka Rambo Atah Roy akan menyalak seperti serigala.

Atah Roy senyum. Ia merasa puas karena telah menemukan tokoh satria yang tepat. Satria yang mampu melakukan perubahan demi tegaknya keadilan; satria yang memiliki kekuatan super; satria yang mampu menasehati orang; satria yang idealisnya tidak bisa ditukar dengan duit dan satria yang memiliki kecintaan keberlangsungan negeri ini. “Negeri ini harus cepat diselamatkan oleh satria, kalau tidak semakin kacaulah,” ujar Atah Roy sambil tersenyum.

Atah Roy tersandar di kursi yang terbuat dari kayu. Matanya memandang jauh, menembus dinding raung tamunya; membayangkan Rambo Atah Roy menenteng senjata masuk ke kantor-kantor menasehati para tokoh-tokoh besar negeri ini. Tanpa melakukan kekarasan, Rambo Atah Roy, cuma meletakkan basoka di atas meja, para tokoh di negeri ini menyesali perbuatan mereka. Para tokoh besar negeri ini rupanya masih punya hati nurani, namun mereka belum menyadari. Inilah fungsi Rambo Atah Roy, menasehati dan sedikit mengancam akan melakukan kekerasan kalau tidak berubah.

“Negeri ini terlalu indah untuk dirusakan,” pikir Atah Roy sambil mengambil rokok di atas meja tamunya. Atah Roy menyulut rokoknya dengan api, lalu menghisap rokok tersebut. Asap masuk. Atah Roy kembali menghayal.

Dalam membawa misi keadilan, Rambo Atah Roy sambil menenteng basoka, juga berkunjung ke perusahaan-perusahaan besar di negeri ini. Rambo Atah Roy bicara langsung, tanpa perantara, dengan pemilik perusahaan. Rambo Atah Roy minta kepada pemilik perusahaan memperhatikan masyarakat di negeri ini. Jangan mau menjarah kekayaan alamnya saja, tapi perhatikan betul naseb masyarakatnya juga. Selain itu, Rambo Atah Roy berpesan, kalaupun mengambil kakayaan alam negeri ini, janganlah terlalu rakus, karena apabila kekayaan alam negeri ini sudah punah ranah, maka bala ditanggung oleh masyarakat negeri ini. Seandainya pemilik perusahaan tidak mendengarkan, maka Rambo Atah Roy mengangkat (mengedeng) basoka yang berada di tangan.

Tiba-tiba tokoh Rambo di pikiran Atah Roy pecah. Atah Roy mengusap matanya. Leman Lengkung rupanya sudah berada di depan Atah Roy.

“Kenape Rambo-ku macam Leman?” tanya Atah Roy.

“Rambo apenye, Tah? Saye ni memang Leman,” ujar Leman Lengkung.

“Hai, bile mase dikau tercongguk depan aku?”

“Baru kejap ni. Atah ngigau agaknye ni?”

“Aku bukan ngigau Man, tapi aku berkhayal negeri ini ade satria yang tak goyah oleh duit, tak lekang oleh jabatan, dan tak labil karene janji. Satria macam inilah yang dapat mengubah naseb rakyat kecik macam kite. Dan Rambo adalah pujaan hatiku,” kate Atah Roy yakin.

“Ooo… satria macam Rambo tu? Ade Tah, di luar rumah kite ni die menunggu Atah,” ujar Leman.

“Ape ye? Siape orangnye?” Atah Roy penasaran dan mau berdiri, tapi dicegah oleh Leman Lengkung. “Ngape dikau menghalang aku nak jumpe satria aku ni!” Atah Roy geram.

“Lebih baik Atah tak jumpe satria ini, Tah. Bahaye,” tambah Leman.

“Siape satria di luar tu?”

“Cik Mat.”

“Ape? Amat,” Atah Roy terkejut dan ia berlari meninggalkan Leman Lengkung menuju pintu belakang. Sebelum keluar Atah Roy berpesan kepade Leman Lengkung. “Cakap pade satria tu, aku tak ade di rumah,” Atah Roy menghilang bersamaan tertutupnya pintu dapur.

“Mau jadi Rambo ape Atah Roy, orang mintak utang aje, die takut,” kate Leman Lengkung sambil ketawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar