Selamat Datang di Hikayat Atah Roy. Senyum Adalah Keikhlasan yang Tak Terucap

Sabtu, 29 September 2012

Mengenang




Almarhum Ediruslan Pe Amanriza merupakan salah seorang tokoh penting perkembangan dunia seni di Riau ini. Semasa beliau hidup, selain berkarya menciptakan karya sastra, Ediruslan juga beraktivitas di organisasi kesenian. Pada tahun 2000, beliau duduk menjadi Ketua Dewan Kesenian Riau dan sekaligus menjadi anggota DPRD Provinsi Riau. Pada tahun 2000 tersebut, Ediruslan berserta budayawan dan seniman Riau mengalihkan pusat kesenian dari komplek Dang Merdu ke Purna MTQ. Pada tahun inilah nama Purna MTQ itu berubah menjadi Bandar Seni Raja Ali Haji (Bandar Serai), sesuai dengan nama yayasan mengeloloa area tersebut; Yayasan Bandar Serai.
Sebagai penulis karya sastra, nama Ediruslan Pe Amanriza sangat dikenal. Karya-karya roman maupun cerpennya selalu menjadi yang terbaik pada sayembara nasional. Roman Panggil Aku Sakai, memenangi sayembara yang ditaja Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1986. Novel ini berkisah tentang perlawanan suku Sakai dalam mempertahankan tradisi mereka. Di Bawah Matahari, Taman, Jakarta di Manakah Sri, Ke Langit (1993), Jembatan (Kekasih Sampai Jauh), Perang Bagan, dan Stasiun di Kaki Bukit, merupakan karya-karya yang dihasilkan beliau. Dengan karya sastra, Ediruslan mengenalkan Riau ke nasional.
Sebagai seorang seniman, Ediruslan tidak pernah diam berkarya. Dan untuk menampung karya-karya seni pertunjukan, Ediruslan dan beberapa seniman lainnya mengagas pembangunan gedung seni pertunjukan bersekala internasional. Berdirilah gedung seni yang mewah bernama Anjung Seni Idrus Tintin di Bandar Serai.
Ediruslan menghembuskan nafasnya terakhir pada tanggal 3 Oktober 2001 di rumah Sakit Islam Asifah Sukabumi, Jawa Barat. Beliau wafat setelah tidak kuat melawan kanker paru-paru yang dideritanya selama empat bulan. Puisi terakhir beliau Berpisah Jua Kita Akhirnya Jakarta, merupakan suara hati beliau tetap melawan arogansi Jakarta terhadap daerah.
Untuk mengenang beliau, pengurus Akademi Kesenian Melayu Riau, Taufik Ikram Jamil, menamakan kampus AKMR, Kampus Eduruslan Pe Amanriza. Namun sayang gedung tersebut kini telah diroboh untuk kepentingan pembangunan mal dan hotel di Bandar Serai. Nama Ediruslan Pe Amanriza semakin lama semakin menghilang di benak kita. Tidak ada satu pun gedung yang berada di Bandar Serai diberinama dengan nama beliau. Kita pun seakan menghapus sejarah masa lalu, perjuangan yang dilakukan oleh pendahulu kita, tidak membekas. Mungkin inilah hidup zaman modern, selalu hendak melupakan masa lalu.
Bagi Atah Roy, mengenang masa lalu merupakan kekuatan untuk membangun masa kini. Itulah sebabnya, Atah Roy selalu membolak-balik catatannya untuk melihat peristiwa-peristiwa masa lalu yang berkesan dalam dirinya. Meninggalnya Ediruslan Pe Amanriza, merupakan peristiwa perih bagi Atah Roy. Atah Roy mengenal Ediruslan dari karya-karya sastranya. Bagi Atah Roy, almarhum Ediruslan sosok budayawan dan seniman yang memiliki daya juang menjunjung seni di Riau ini. Atas jasa-jasa almarhum, menurut Atah Roy, sepantasnyalah budayawan dan seniman Riau pada tanggal 3 Oktober nanti, mengenang almarhum dengan kegiatan kesenian di Bandar Serai tersebut.
“Kalau budayan dan seniman Riau tak mengenang Almarhum Ediruslan, orang lain apelagi,” ujar Atah Roy pade Leman Lengkung.
“Mungkin budayawan dan seniman Riau sibuk, Tah, sehingga terlupe dengan sosok orang yang telah berjase di dunie seni Riau ini,” ucap Leman Lengkung menenangkan Atah Roy.
“Inilah yang salah. Seharusnye sesibuk apepun harus ade yang mengingatkan. Tak mungkinlah semue budayawan dan seniman Riau tak mengingat sosok Ediruslan Pe Amanriza tu. Beliaulah sosok yang berpengaruh memindahkan pusat kesenian dari Dang Merdu ke Purna MTQ. Apelagi budayawan dan seniman beraktivitas di Bandar Serai. Tanah yang mereka pijak sekarang ini, tanah hasil dari perjuangan Almarhum,” tambah Atah Roy.
“Atah mane tahu budayawan dan seniman Riau tak mengenang Almarhum?” tanye Leman Langkung.
“Manelah tahu kalau mereka tak mengenang Almarhum Ediruslan, itu namenye melampau,” jawab Atah Roy.
“Atah berperasangka buruk, itu yang tak boleh, Tah,” tambah Leman Lengkung.
“Akukan hanye mengingatkan, bukan berburuk sangke. Dikau tu yang berburuk sanke pade aku, Man,” Atah Roy sedikit emosi.
“Atah tahu nak marah je, tak bolehlah saye bergurau siket,” ujar Leman Lengkung.
“Yelah, peristiwa mengenang itu wajib kite lakukan, karene dengan mengenang kita dapat menghargai kerje orang lain. Selain itu, dengan mengenang kite dapat menyusun kekuatan baru untuk memperlihatkan eksistensi kite sebagai manusia yang berjuang di bidang seni. Dan seharusnye, bukan saje di bidang seni, di bidang lain juge harus seperti itu. Soekarno presiden pertame Indoensia, pernah bercakap dengan nada berapi-api; jangan sesekali melupakan sejarah. Itu die, hal itu dilakukan agar kite dapat mengambil pelajaran dari mase lalu,” jelas Atah Roy.
“Pahamnye saye tu, Tah. Tapi mengape di negeri kite ini banyak tempat untuk dikenang dirobohkan, Tah?” tanye Leman Lengkung.
“Inilah masalah yang pelik negeri kite ini. Kite selalu menganggap diri kite yang paling beso, sehingge sesuke hati melantak peninggal bersejarah. Dan yakinlah, kalau kite tetap berperangai seperti itu, siap-siaplah negeri ini tak tentu arah,” tambah Atah Roy.
“Ngape pulak macam tu, Tah?”
“Kalau kite tak mengenang mase lalu, itu same saje kite tak mengenal diri sendiri. Kalau kita dah tak mengenal diri sendiri, apa yang nak kite perbuat untuk negeri ini? Kehancuran negeri ini disebabkan kite tak mengenal diri. Kite pakai bantai je membangun negeri, tanpe roh kesejatian. Mengenang merupekan upaya membongkar kesejatian yang terpendam,” ujar Atah Roy sambil mengisap rokoknya.
     
   


1 komentar:

  1. The Casino - MapyRO
    The Casino is 통영 출장마사지 located 대구광역 출장샵 near the entrance of Ybor City Casino 구미 출장안마 and South 문경 출장안마 Komalamba. The casino also has outdoor seating and private areas, and 양산 출장마사지 is open daily 24 hours

    BalasHapus