Selamat Datang di Hikayat Atah Roy. Senyum Adalah Keikhlasan yang Tak Terucap

Jumat, 29 April 2011

Atah Roy Jadi Pemberontak

Atah Roy sudah lama besabar, tapi kali ini kesabarannya telah raib dimakan keadaan. Keadaanlah yang membuat Atah Roy harus mengambil sikap menjadi pemberontak. “Aku bukan takut dengan mike semue, kematian pun tak aku takutkan. Semue kite akan mati bile sang ajal datang menjemput. Tapi mike semue tak pernah menghargai aku sebagai penduduk kampung ni,” kate Atah Roy dengan suara lantang di depan kantor perusahaan minyak yang beroperasi di kampungnya.

Leman Lengkung, anak saudara Atah Roy, mencoba menenangkan Atah Roy. “Sudahlah, Tah, kite tak kuat berhadapan dengan orang ni,” kata Leman Lengkung.

“Leman, pantang bagi aku menyerah kalah kalau belum mencube! Jadi, tolong jangan menghalangi aku!” mata Atah Roy terpendel, matanya lebih besar dari sebelumnya.

Para petinggi perusahaan minyak yang beroperasi di kampung Atah Roy, yang sedang berhadapan dengan Atah Roy, hanya tersenyum. Salah seorang dari mereka menghampiri Atah Roy. “Tenang, Tah. Apa yang bisa kami bantu?” tanyanya.

“Jangan dikau mendekat! Selangkah lagi dikau bergerak, make parang ini akan naik di atas kepale dikau!” Atah Roy semakin emosi.

“Ya, Tah. Kami tidak tahu apa yang menjadi masalah Atah sekarang ini,” salah seorang petinggi lainnya menyela perkataan Atah Roy dari jauh.

“Mike semue ni pura-pura bodoh atau memang bodoh! Mike tak nampak, belambak budak-budak kampung ni tak besekolah? Dan mike tak tampak juge, banyak bayi-bayi kampung ini diserang busung lapar? Ape mike tak juga nampak, penduduk kampung ini miskin melarat? Mike tak nampak juge, banyak pemuda kampung ni tak bekerje, padahal perusahaan ini menguras habis kekayaan alam kami? Atau mike ni memang bute!” kata Atah Roy berapi-api.

“Atah, kami bekerja sesuai dengan peraturan perusahaan. Kami sudah memplot biaya untuk masyarakat disini, itu dinamaknan CD. Jadi tidak ada lasan Atah memarahi kami,” kata seorang lagi petinggi perusahaan itu.

“Ikut peraturan perusahaan kepale bapak engkau!” Atah Roy semakin emosi. Leman Lengkung kembali menenangkan Atah Roy.

“Sudahlah, Tah, kang kite juge yang dipersalahkan. Kite orang kecik, Tah,” kata Leman Lengkung menyabarkan Atah Roy.

“Leman, tolong jangan larang aku, kang kepale dikau yang bersepai!” Atah Roy mengangkat parangnya. Leman Lengkung melepaskan pegangnya dari tangan Atah Roy.

“Atah Roy, perusahaan ini bukan hanya memikirkan satu daerah, tapi seluruh wilayah negara ini juga menjadi tanggung jawab kami,” tambah petinggi perusahaan tersebut.

“Celake dikau!” Atah Roy menyerang petinggi perusahaan minyak yang sudah berpuluh tahun mengeksplotasi kekayaan alam kampung Atah Roy.

Tibe-tibe gelap.

“Bang, kayu untuk masak, dah habis. Tolong cari kayu di hutan kejap, bang.” Suare Wan Ziah membuyarkan lamunan Atah Roy.

“Alah mak, lupe aku,” kata Atah Roy dan dia cepat-cepat mengambil parang dan pergi ke hutan yang tinggal cuil je.

1 komentar: