Selamat Datang di Hikayat Atah Roy. Senyum Adalah Keikhlasan yang Tak Terucap

Jumat, 29 April 2011

Atah Roy Ke Negeri Kayangan

Atah Roy tahu, sebagai seorang tokoh masyarakat di negeri ini, dia harus memiliki sifat rendah diri dan menghargai setiap undangan dari siapa pun juga. Tak peduli itu dari pengusaha, dari orang menengah, maupun dari orang bawah. Tak itu saja, Atah Roy juga menghargai undangan dari negeri mana pun, termasuk Negeri Kayangan.

Dua hari yang lalu, Atah Roy mendapat undangan dari Negeri Kayangan. Isi suratnya seperti ini. “Atah Roy yang terhormat. Tanpa mengurangi rasa hormat kami, melalui surat ini, kami Pimpinan Negeri Kayangan mengundang Atah untuk berkunjung ke negeri kami. Kami berharap kepada Atah Roy, tidak menggunakan duit APBN atau pun APBD. Menurut hemat kami, duit APBN atau pun duit APBD, lebih baik digunakan untuk rakyat Atah Roy yang banyak papa kedana itu. Kami mohon maaf, bukan kami mau mengajari Atah Roy, tapi kami cuma mengingatkan Atah Roy. Mudah-mudahan Atah dapat mencari dana lain, sehingga Atah Roy tidak disumpah oleh rakyat Atah Roy. Itu lebih berkah lagi. Bukan begitu, Arah? Sekian surat kami ini, dan kami menunggu kedatangan Atah Roy tanpa menggunakan dana APBN atau pun APBD. Terime kasih.”

Setelah Atah Roy membaca surat itu, Atah Roy memanggil Leman Lengkung, anak saudaranya. “Man, aku dapat undangan dari Negeri Kayangan, tapi aku tak boleh menggunekan duit APBN atau pun APBD. Dikau punye ide?” tanye Atah Roy kepada Leman Lengkung.

“Tah, menurut saye undangan ini penting bagi Atah. Atah dapat menenguk kemajuan Negeri Kayangan dan kemudian Atah dapat menerapkan di negeri ini,” kate Leman Lengkung.

“Aku tahu kalau hal itu, tapi yang aku tanye kan kepade dikau, macam mane nak cari duit pergi ke Negeri Kayangan tu, bahlol,” Atah Roy mulai meradang.

“Atah kan banyak kebun getah, apelagi, juallah separuh kebun tu.” kate Leman Lengkung.

“Cakap memang mudah. Kalau aku dah jual separuh kebun aku, lepas tu aku nak makan ape?” tanye Arah Roy lagi.

“Makan nasilah, tak mungkin Atah makan angin,” Leman Lengkung menjawab dengan selambe.

“Kepale hotak engkau tu bejambol,” Atah Roy bertambah marah.

“Kalau Atah macam ni terus, eloknye atah tak usah pegi,” kate Leman Lengkung meninggalkan Atah Roy sendiri.

“Tenguk budak kenen, orang tue dilawannye,” Atah Roy menggeleng-ngelengkan kepalanya.

Tiba-tiba selembar surat berada di tangan Atah Roy. Arah Roy terkejut. Atah Roy menenguk surat itu, lalu menenguk ke kiri, ke kanan, ke atas dan ke bawah. Tak ada orang satu pun. Tiba-tiba surat itu berbicara.

“Atah Roy, saye ni surat berasal dari Negeri Kayangan. Jangan Atah terkejut, karena makhluk kayangan mengetahui kegelisahan Atah Roy. Kalau Atah Roy berkeinginan pergi ke Negeri Kayangan, Atah cukup membuka aku dan Atah pasti sampai ke Negeri Kayangan,” kata surat itu.

“Dikau jangan bengak ye, sekali aku bako, baru dikau tau!” Atah Roy mengancam.

“Atah, kami berasal dari negeri yang tidak terbiasa berbohong. Di negeri kami, makhluk yang berbohong akan disumpah jadi manusia,” suara surat itu serius.

“Baik, aku akan buka,” tangan Atah Roy membuka surat itu, tiba-tiba…

***

“Selamat datang di Negeri Kayangan, Atah Roy,” suara lelaki tampan yang duduk di singgasana kerajaan berukirkan intan dan permata membuyarkan pikiran Atah Roy.

“Siape engkau?” tanye Atah Roy.

“Aku raja Negeri Kayangan,” kata lelaki tampan itu.

“Aku tak yakin. Muke engkau ni same betul dengan anak saudare aku, Leman Lengkung. Dikau jangan nak main-main dengan aku, Man!” Atah Roy marah dan Atah Roy berdiri mau menampar lelaki tersebut. Baru satu langkah Atah Roy mengerakkan kakinya, lelaki tampan itu bertepuk sebanyak dua kali. Tiba-tiba saja segerombolan pasukan ular bermata empat, gajah berkaki delapan dan ulat bulu sebasar gajah menghadang Arah Roy.

“Atah di Negeri Kayangan, kemarahan tiada berguna. Disini semua makhluk bisa diajak berteman asalkan kita tidak sombong,” kata lelaki tampan mirip Leman Lengkung itu.

Atah Roy terdiam. Ketakutan mulai merayap seluruh tubuh Atah Roy.

“Atah Roy, aku tahu apa yang ade di benak Atah Roy sekarang ini. Atah Roy pasti menganggap aku Leman Lengkung, anak saudare Atah Roy, kan?” tanye lelaki tampan itu.

“Aku pasti sedang bermimpi,” kate Atah Roy sambil menampar pipinya. Atah Roy merasakan kesakitan.

“Atah tidak bermimpi. Atah memang berada di Negeri Kayangan. Atah harus tahu siape saja yang kami undang ke negeri kami, pastilah orang itu sampai ke negeri kami. Dan orang yang kami undang akan bertemu dengan orang yang paling dekat dengan dirinya dan selalu mendapat siksa. Seperti Leman Lengkung, dan aku berubah wajah jadi Leman Lengkung yang selalu Atah marahkan itu,” kata lelaki mirip Leman Lengkung.

“Mengape awak tak undang orang-orang yang selalu mengatasnamekan rakyat kecil dan lalu menganiaye rakyak kecil ke negeri ini?” tanye Atah Roy penasaran.

“Semue manusie yang membuat aniaye kepade manusie lain di bumi Atah Roy akan kami undang,” kata lelaki mirip Leman Lengkung.

“Ooo… gitu.”

“Ye, gitu.”

Tiba-tiba gelap. Atah Roy tak tahu nak buat ape lagi. Leman Lengkung menyape Atah Roy.

“Tah, dah subuh. Atah tak sembahyang,” kate Leman Lengkung.

Atah Roy terbangun lalu memeluk Leman Lengkung. “Maafkan atah selame ini ye, Man.”

Leman Lengkung bingung. “Ape kehe, Atah ni,” kate Leman Lengkung dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar